Jumat, 05 Juni 2009

SMEELS LIKE TEEN SPIRITS


Pada tahun 1990 Kurt Cobain dan Chris Novoselic bertemu dengan Dave Grohl pada sebuah pertunjukannya bersama “Scream” ban Hard Core asal Washington. Kurt Cobain dan Chris Novoselic sangat tertarik dengan permainan Dave Grohl dan ingin sekali mengajak Dave Grohl bergabung dengan Nirvana. Setelah Scream, Band Dave Grohl bubar, Dave Grohl langsung terbang ke seattle dan mengikuti audisi untuk menjadi drummer nirvana, dan hal itulah yang jelas di tunggu-tunggu oleh Kurt Cobain dan Chris Novoselic.Tanpa menunggu lama-lama Kurt Cobain langsung memperkenalkan kepada publik sebagai drummer baru Nirvana.

Pada tanggal 11 oktober 1990 untuk pertama kalinya Dave grohl menggung bersama nirvana di north shole surf club ,Olympya.yang kemudian berlanjut tour ke inggris dengan band “L7” grup punk asal Los Angeles yang masing-masing personilnya adalah cewek. Dari pertemuan itulah Dave Grohl berkenalan dengan bassist dari L7, Jenifer Finch yang kemudian menjadi pacarnya. Dengan seringnya mengadakan tour membuat nama nirvana mulai berkibar dan mulai jadi bahan pembicaraan orang-orang. Hal ini juga membuat nirvana sering mengadakan hubungan dengan Gold Mountain sebuah perusahaan besar yang telah sukses menangani band – band lainnya.

Hingga akhirnya pada tanggal 30 april Nirvana resmi masuk perusahaan yang lebih besar dan menandatangani kontrak dengan David Geffen Company (DGC).Dalam kontrak tersebut Nirvana mendapat suntikan dana sebesar $ 290.000 dari DGF. Setelah mendapatkan kesepakatan untuk berkerja sama, Nirvana langsung masuk ke studio untuk mempersiapkan albumnya yang bertitle “Nevermind” dan menjagokan Hits “Smells like Teen Spirit dan Drain You” yang pembuatan video klipnya juga melibatkan penggemar Nirvana Untuk ikutan Syuting dalam single “Smells like teen spirit”. Alhasil album ke-2 nirvana ini mengalami sukses yang gila-gilaan yang membawa group ini menerima berbagai penghargaan.hal ini jelas membuat kurt cobain dan Cs semakin sibuk dengan banyaknya undangan pers dan jadwal tour yang padat, yang akhirnya membuat penyakit mereka yang dulu kambuh kembali stress dan depresi yang berujung pada kebiasaan buruk mereka yaitu menghancurkan alat-alat dan sound system pada saat mereka selesai manggung. Di tengah-tengah depresi hebat yang menyerang pada personil Nirvana ini. Lagu Smells Like Teen Spirit ternyata telah menjadi lagu wajib para anak remaja di amerika pada waktu itu, dan nengkring di posisi ke dua pada tangga lagu BilBoard Chart, di tambah lagi dengan kesuksesan album ini yang meraup angka penjualan hingga 500.000 copy. Lewat album inilah Nirvana Mendapatkan anugerah dari RIAA (Recording Industry Asosiation of Amerika) dengan cek sertifikat “Nevermind Gold” (500.000 copy terjual) serta platinum 1 juta copy terjual dan di nobatkan menjadi “The Best New Artist” pada acara 19th “Annual American Music Award” dan mendapatkan penghargaan dari salah satu majalah top mingguan amerika (villages)yang menanugerahkan Nevermind sebagai album terbaik ditahun 1992. Setelah sukses dengan single pertama, pada awal tahun 1992 mereka kembai merilis single kedua yang bertitle “Come as you are” yang pembuatan video klipnya di sutradarai oleh Kevin Kerslake, dan single Lithium yang memang sebelumnya ramai di bicarakan orang. Di lagu ini Kurt Cobain menceritakan tentang seorang cowok yang kehilangan pacar dan temannya, yang mengakibatkan cowok ini jatuh sakit dan mencoba mencari solusinya dengan cara mencari jalan untuk bertemu tuhan sebelum ia bunuh diri

November 1993 yang kemudian di jadikan sebagai album ke lima mereka “ MTV Unplugged ”. Justru penampilan mereka pada mtv unplugged tersebut merupakan penampilan yang paling berkesan yang di rasakan oleh Kurt Cobain, hal ini di ungkapkan oleh Kurt Cobain sendiri yang merasa bangga dapat tampil pada acara tesebut, saking senangnya setelah main Kurt Cobain sempat menelpon ibunya dan menyampaikan perasaan bahagia yang di rasakannya itu. Dalam show tersebut juga Kurt Cobain merasakan satu kejadian yang membuat dirinya terharu, yaitu pada saat Kurt Cobain menghampiri beberapa anak yang menghampirinya dengan memanggil – manggil namanya. Kurt !…Kurt !…Kurt !…Kurt Cobain pun langsung memeluk anak tersebut dengan penuh perasaan haru. Sementara tour panjang tersebut berjalan mereka juga harus mengerjakan beberapa lagu untuk soundtrack album “The Beavis and Butthead Experience featuring Nirvana” yang dirilis pada tanggal 23 november 1993. kemudian pada tanggal 16 desember untuk yang pertama kalinya MTV Unplugged Feat Nirvana di tayangkan, berbarengan dengan single All Pologies yang semakin nyaring terdengar dan menduduki peringkat no 1 di Bilboard Chart. Hal ini tentu saja membuat nama nirvana semakin popouler di daratan musik dunia. Setelah itu mereka pun harus bersiap untuk perjalanan kembali tour ke Eropa. Hingga pada sampai akhirnya grup yang menjadi pelopor musik Grunge pertama kali ini harus kehilangan vokalis yang kematiannya masih penuh tanda Tanya…..??????alias misterius !!!…

Minggu, 26 April 2009

THE RAMONES


Jins belel, jaket kulit warna hitam, dan rambut poni. Musik minimalis: cukup tiga chord; tanpa solo gitar. Sekali gebrak, "one, two, three, four": lagu mengisi panggung. Dalam waktu tak lebih dari 30 menit, Ramones menyuguhkan tak kurang dari 20 lagu. Siapa menyangka kisah empat anak muda pengusung rock n` roll yang enerjik—belakangan disebut pelopor Punk Rock--ini mampu mempengaruhi perjalanan banyak grup musik sepanjang masa. Termasuk, grup-grup besar di zaman sekarang, seperti Metallica, Red Hot Chilli Peppers, Greenday, dan Offsfrings. Bahkan, empat kelompok musik yang disebut terakhir ini ikut ambil bagian dalam proyek Tribute to Ramones, sebuah album yang dipersembahkan buat mengenang The Ramones dan bertajuk "We`re a Happy Family"--diambil dari sebuah judul lagu Ramones. "We`re a Happy Family" dirilis Februari 2003.

Jeffrey Hymann alias Joey Ramone (vokalis Ramones, 19 Mei 1951-15 April 2001) mungkin tak akan pernah menyangka tatkala menyaksikan musik yang diusungnya dulu, kelak menjadi sebuah genre tersendiri yang identik dengan sebuah subkultur: punk rock. Padahal, saat itu, keempat pemuda di Ramones (Joey, Johnny, Dee Dee, dan Marky), cuma kepingin main musik yang mereka klaim sebagai "lain dari yang lain". Seperti dikatakan Joey Ramone pada 1974, "Kami tak mendapat apa-apa dalam musik saat ini. Kami bosan menjadi Led Zeppelin atau The Stones (Rolling Stones)". Dan, Ramones pun memainkan musik yang mereka inginkan; yang serba minimalis hingga seorang pengamat musik di AS menilai, musik Ramones sangat tak beradab dengan vokal yang konyol, lirik pendek yang diulang-ulang, serta suara gitar yang meraung-raung persis suara gergaji mesin.

Namun begitu, buat menjadi sebuah pionir dalam genre punk rock, Ramones tak serta merta menjadi "Ramones".

Joey Ramone bocah New York asli yang lahir dan tumbuh menjadi pria jangkung di kawasan Forest Hills, New York, Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara dalam film dokumenter "Lifestyle Ramones", ibu Joey menyebut Jeffrey kecil—nama asli Joey—sebagai bocah penurut dan sangat lucu. Tommy Erdelyi (Tommy Ramone) dikenal sebagai penggemar berat The Beatles yang lahir di Budapest, 29 Januari 1952 dan besar di Queens, New York. John Cummings (Johnny Ramone) lahir 8 Oktober 1951 sedangkan Douglas Colvin (Dee Dee Ramone) lahir 18 September 1952 di Fort Lee, Virginia, dan sempat tinggal di Berlin, Jerman

Keempat anak muda ini bertemu pertama kali saat masuk Forest Hills High School pada September 1966. Musik menyatukan mereka dan akhirnya sepakat membentuk sebuah band bernama The Ramones. Nama ini dipinjam dari Paul Ramon, nama samaran Paul McCartney, pemetik bass The Beatles, saat dia solo. Saat itu, Jeffrey ingin namanya diganti menjadi sesuatu yang lain dan terkesan keren (cool) atau bahasa anak sekarang "gue banget". Mereka pun sepakat memakai nama panggilan. Jeffrey menjadi Joey, Douglas menjadi Dee Dee, dan John menjadi Johnny. Cuma Tommy yang tetap Tommy. Semua memakai nama Ramone di belakang nama panggilan masing-masing. Pada formasi awal, Joey di posisi drum, Johnny main gitar, Dee Dee sebagai vokalis, dan seorang bernama Ritchie Ramone yang diminta untuk bermain bass. Namun Ritchie tak bertahan lama lantaran harus masuk rumah sakit jiwa. Dee Dee menggantikan posisi Ritchie dengan bermain bass. Saat itu, Tommy menjadi manajer Ramones. Lagu pertama yang ditulis Joey cs adalah "I Don’t Wanna be Loved" yang segera mengawali trend lagu-lagu Ramones yang banyak berawal dengan kata "I Wanna.." atau "I Don`t Wanna.." Semisal "I Wanna Be Sedated" atau "I Don`t Want To Live This Life" dan "I Don`t Wanna Grow Up". Ramones unjuk gigi pertama kali di Performance Studio di East 23rd Street , NY, 30 Maret 1974 yang disaksikan 30 orang. Pada Juli 1974, Tommy mengambil posisi drum sehingga Joey bisa konsentrasi pada vocal. Ramones mulai menyita perhatian publik saat mereka tampil di Max’s Kansa City dan CBGB (Country Bluegrass and Blues)—sebuah klub yang setelah Ramones pentas di sana dinobatkan sebagai klub musik underground pertama di AS. Ramones main di CBGB pada 16-17 Agustus 1974 sebagai grup pembuka Blondie. Sejak itu pula punk rock merajalela di New York. Penampilan Ramones dinanti-nanti para punkers (sebutan untuk anak punk).
Konser besar pertama Ramones berlangsung Juni 1975 saat mereka sepanggung bersama Johnny Winter di Palace Theatre di Waterbury. Dan atas usaha Bizarre yang pernah mengorbitkan Iggy Pop dan Television, album pertama Ramones keluar pada April 1976 lewat label Seymour Stein’s Sire. Album pertama Ramones yang juga bertitel Ramones diselesaikan dengan waktu kurang dari dua pekan dengan biaya cuma $ 6.400. Sebuah era baru dimulai. "Heyho Let`s Go", lirik dalam "Blizkrieg Bop&", salah satu lagu di album pertama Ramones menjadi yel-yel para punkers hingga kini Begitu juga "Gabba Gabba Hey". Marky Ramone masuk menggantikan Tommy sebagai penggebuk drum. Lirik lagu-lagu Ramones banyak menceritakan situasi sosial saat itu, seperti 53rd and 3rd atau tentang kenakalan remaja, semisal "Rock N` Roll High School" atau "Sheena Is A Punk Rocker". Dalam History of Punk Rock ditulis bahwa banyak band-band sebelum Ramones, seperti Iggy and The Stooges, MC5, Richard Hell dan The Voidoids menampilkan beberapa aspek dari punk, tetapi tak ada band yang mengkombinasikan semua unsur dalam punk hingga Ramones menyatukannya tahun 1975. Ramones memang mengisi setiap lagu dengan sedikit nada yang ditimpali frase pendek yang diulang-ulang, gitar yang berisik dengan melodi yang nyaris tidak ada dan berkutat pada three magic chord. Durasi setiap lagu rata-rata cuma dua menit. Banyak yang suka, tapi tak sedikit pula yang geleng-geleng kepala. Bahkan, saat itu tak ada satu pun major labels yang mau menerbitkan lagu-lagu Ramones. Danny Field dari A&M Record mengaku merasa jijik dan segera pergi meski baru mendengarkan setengah dari lagu Ramones. Dia mengaku sama sekali tidak tertarik dengan musik punk dan menyebutnya sebagai sebuah onggokan besar omong kosong yang tak seorang pun ingin mendekat. Ramones tak kecil hati. Lagu-lagu mereka tetap dinanti. Konser-konser mereka juga selalu padat, meski hanya digelar dalam sebuah klub malam. Bahkan, dalam sebuah penampilan di Jerman pada 1976, para anak muda setempat nekat berdiri di setiap celah yang kosong di antara empat bangku plus satu meja yang memang disediakan panitia untuk para penonton Ramones. Pada 4 Juli 1976, Ramones menggebrak public London, Inggris, yang juga ditonton personel Sex Pistols, The Clash, The Damned, Generatiion X, serta Siouxsie and the Banshees. Merekalah cikal bakal punk di Inggris yang meledak setahun kemudian. Bahkan, musik Sex Pistols disebut banyak pengamat musik sebagai lebih tidak beradab dan lebih kasar daripada Ramones. Konser di London’s Roundhouse itu pula yang menjadi salah satu aksi Ramones dengan jumlah penonton sepulub kali lipat dari yang seharusnya ada di tempat itu. Single kedua Ramones yang berjudul "I Wanna Be Your Boyfriend" diterbitkan pada Oktober 1976 disusul album kedua yang bertajuk "Ramones Leave Home". Album selanjutnya keluar nyaris dengan beda waktu sekitar setahun, yaitu "Rocket to Russia", "Road to Ruin", "It`s Alive", "End of The Century", "Pleasent Dream", "Subterranean Jungle", "Too Tough to Die", "Animal Boy", "Halfway to Sanity", serta "Ramones Mania". Hits demi hits diciptakan Ramones mengiringi album demi album yang terbit, seperti "Sheena Is A Punk Rocker", "Cretin` Hop", "Pinhead", "Now I Wanna Sniff Some Glue", "Do You Remember Rock `n Roll Radio?", "53rd and 3rd", "Rockaway Beach", dan "Psychoterapy".Ramones terus menancapkan pengaruh di jagat musik rock. James Hetfield dan Lars Ulrich, masing-masing guitar-vokal dan penggebuk drum Metallica mengakuinya. Metallica tak akan pernah ada seandainya Hetfield dan Ulrich tak menonton aksi Ramones pada pertengahan 1980-an. Saat itu, Hetfield terkesima dengan ulah Joey Cs yang tak henti-henti bernyanyi dengan jeda antara lagu demi lagu yang nyaris tidak ada—hanya diselingi komando Dee Dee yang berteriak "One, two, three, four". Hetfield pun mengutarakan niatnya ingin membentuk sebuah grup rock yang enerjik seperti Ramones. Alih-alih kayak Ramones, justru Metallica tetap dengan gaya sendiri yang mereka sebut heavy metal.

Penggemar Ramones memang bukan cuma musisi. Penulis novel misteri Stephen Kings juga menjadi salah satu fans Joey Cs. Bahkan, Kings dikabarkan menyumbangkan tulisan khusus untuk Ramones di album "Tribute to Ramones". Salah satu karya Kings yang difilmkan juga pernah diisi soundtrack lagu Ramones yang berjudul "Pet Semetary".
Album selanjutnya yang dikeluarkan Ramones, berturut-turut adalah "Brain Drain", "All The Stuff and More" (1 dan 2), "Loco Live", "Mondo Bizarro", "Acid Eaters", dan "Adios Amigos". Dee Dee sudah tak bersama Ramones saat "Mondo Bizarro" dikerjakan. Dia digantikan C.J. Ramone. Dee Dee keluar karena ingin menjadi penyanyi rap dengan nama Dee Dee King. Dee Dee lalu membentuk sebuah grup bernama Chinese Dragon dan sempat menelurkan album sendiri. Adios Amigos menjadi album terakhir Ramones yang diklaim Joey Cs sekaligus sebagai album perpisahan. Setelah itu, Ramones membubarkan diri pada 1996. Joey solo dan sempat mengeluarkan album berjudul "Don’t Worry About Me". Majalah musik, Spin, belum lama ini merilis daftar 50 grup musik terbesar. Dan Ramones menduduki posisi kedua, setelah The Beatles di posisi pertama dan sebelum Led Zeppelin yang berada di tempat ketiga. Pilihan Spin memang masih bisa diperdebatkan. Namun, menurut para redakturmya, urutan 50 grup musik terbesar itu dibuat didasarkan bahwa “Kelompok-kelompok tersebut harus memiliki lagu yang berada di puncak tangga lagu-lagu, aura yang mengubah sejarah, gaya rambut, serta mempengaruhi musik saat ini”. Ramones tak bisa disangsikan, menurut redaktur Spin, memang mampu memenuhi kualifikasi tersebut. Lagu-lagu Ramones kerap masuk tangga lagu di AS dan Inggris. Bahkan, Ramones dinobatkan sebagai grup punk pertama yang menorehkan sejumlah lagu hitsnya di tangga lagu top dunia. Di antara lagu yang tenar adalah "Sheena Is A Punk Rocker". Pada 15 April 2001 jam 14.20 waktu AS, Joey Ramone meninggal dunia di Rumah Sakit Presbyterian New York setelah berjuang keras melawan kanker limpa. Publik rock, khususnya punk berduka. Malamnya, di tengah konser U2 di Rose Garden, Portland, Oregon, vokalis U2, Bono, berbicara sejenak kepada para penonton. Dia mengatakan betapa Joey dan The Ramones telah mengubah U2 dan hidupnya sendiri melalui pesan-pesan dalam lagu Ramones yang kerap membuat jantungnya berdegup. "Saya katakan, `Saya ingin berbicara dengan kalian tentang Joey Ramone..., dan seluruh penonton berdiri bergemuruh," kata Bono sambil mengingat betapa terpananya dia waktu itu. Kepada penonton di Oregon, dia juga menceritakan bagaimana Ramones membuat Bono Cs membentuk sebuah band. Setelah itu, Bono menyanyikan karya emas Joey, "I Remember You" dari album Ramones, "Leave Home" (1977). "Yang mengejutkan adalah penonton menyanyikan lagu itu dengan seksama. Kemudian saya katakan bahwa Joey meninggal hari itu," kata Bono, seperti dikutip dari Majalah Rollingstone yang menanyakannya perihal Ramones. Di CBGB, penggemar Ramones berkumpul dan menyalakan lilin untuk Joey serta menaruh karangan bunga di depan klub para punkers itu.

Dee Dee Ramone juga meninggal dunia di rumahnya di Los Angeles, California, AS, 5 Juni 2002, saat dia berusia 49. Hasil otopsi Los Angeles County Coroner`s Office menyebutkan, Dee Dee tewas karena overdosis obat-obatan terlarang. Ramones memang meninggalkan cukup kesan di hati banyak orang dengan musik dua menitnya. Wajar kiranya Metallica, U2, Eddie Vedder, bahkan Stephen Kings merelakan waktunya untuk menggarap sebuah album yang dipersembahkan buat Ramones. Majalah Rollingstone dalam edisi April 2004 juga memasukkan Ramones sebagai satu dari 50 grup abadi sepanjang masa. Sebelumnya, pada Maret 2002, Ramones diabadikan dalam Rock n Roll Hall of Fame. Seperti dikatakan Deryck Whibley, personel SUM-41 kepada Majalah Spin, "Kepandaian Ramones adalah mereka mampu mengatakan sesuatu hanya dalam waktu dua menit."

Sabtu, 25 April 2009

LEGEND OF LENNON


John Winston Lennon (lahir di Liverpool, Inggris, 9 Oktober 1940 – wafat di New York City, Amerika Serikat, 8 Desember 1980 pada umur 40 tahun) paling dikenal sebagai penyanyi, pencipta lagu, instrumentalis, penulis, dan aktivis politik yang terkenal di seluruh dunia sebagai pemimpin dari The Beatles. Lennon dan Paul McCartney membentuk partnership pencipta lagu yang paling sukses dan berhasil hingga saat ini. Lennon dengan sinismenya dan mcCartney dengan optimismenya melengkapi satu sama lain dengan sangat baik. Setelah bubarnya The Beatles pada tahun 1970, ia juga sukses dengan karir solonya. Salah satu hitsnya yang hingga kini masih sangat terkenal adalah Imagine, lagu yang kemudian menjadi salh satu himne perdamaian dunia.

Lennon juga menunjukkan sifatnya yang pemberontak dan selera humornya yang sinis dalam film-film seperti A Hard Day's Night (1964), dalam buku yang ditulisnya seperti In His Own Write, konferensi pers dan wawancara. Ia menggunakan kepopulerannya untuk kegiatannya sebagai aktivis perdamaian, seniman dan penulis.

Lennon dua kali menikah, yaitu dengan Cynthia Powell di tahun 1962 dan seniman Jepang, Yoko Ono di tahun 1969. Ia memiliki dua orang anak, Julian Lennon (lahir tahun 1963) dan Sean Taro Ono Lennon (lahir tahun 1975). Ia meninggal di New York pada usia 40 tahun, ditembak oleh Mark Chapman, penggemarnya yang gila.


1940-1957

John Winston Lennon lahir pada tanggal 9 Oktober 1940 di Liverpool, dari pasangan Julia Stanley dan Alfred Lennon. Alfred seorang pelaut yang sering berpergian dan jarang kembali ke Liverpool. Bahkan ia tidak hadir pada saat John kecil lahir. Konon, pada malam Lennon lahir, sedang terjadi serangan Jerman atas Inggris pada Perang Dunia II. Didorong oleh kejadian ini, dan juga kekaguman Julia pada Winston Churchill, bayi itu pun diberi nama tengah Winston, dari nama Perdana Menteri Inggris yang tenar itu.

Lennon kecil hidup dalam pengasuhan ibunya. Julia kemudian bertemu dengan John Dykins, dan kemudian ia dan Lennon pindah tinggal bersama pria itu di sebuah apartemen kecil. Perilaku ini menjadi gunjingan orang di Liverpool, karena Julia masih berstatus sebagai istri Alfred Lennon. Kakak tertua Julia, Mimi Smith, akhirnya memaksa untuk memboyong John kecil tinggal bersamanya. Pada tahun 1946, Alfred kembali ke Liverpool dan membawa Lennon untuk liburan bersama ke Blackpool. Julia dan John mengetahui hal ini, lalu mengikuti mereka. Di Blackpool, Lennon dihadapkan pada 2 pilihan untuk mengikuti ayahnya atau ibunya. Lennon memilih untuk mengikuti ayahnya, namun ketika ibunya berbalik dan akan pergi, ia pun menangis dan menghampiri ibunya.

Masa mudanya dihabiskan John bersama keluarga Smith; Mimi dan suaminya, George. Mimi adalah seorang bibi yang sangat keras dan tegas dalam mendidik Lennon kecil. Julia masih sering mengunjungi John, dan begitu pula John yang sering mengunjungi Julia di apartemennya bersama Dykins. Pertemuan-pertemuan inilah yang mengenalkan John pada banjo dan sedikit piano. Julia pula yang membelikan Lennon gitarnya yang pertama. Mimi dikenal sangat skeptis terhadap kegemaran Lennon bermain gitar. "Gitar memang oke, John, tapi kamu tidak bisa hidup dari itu." Beberapa tahun kemudian, ketika Lennon telah sukses, ia menghadiahkan Mimi sebuah plakat emas bertuliskan kata-kata tersebut.

Kejadian menyedihkan dialami Lennon ketika ibunya meninggal tertabrak mobil di dekat rumah Mimi, di depan mata Lennon yang saat itu masih berusia 17 tahun. Sifat anti pihak penguasa mungkin bermula dari peristiwa ini. Ibunya meninggal dunia karena kecerobohan seorang polisi mengendara dalam keadaan mabuk, kendati demikian polisi tersebut lepas dari segala tuntutan. Lennon dikenal sebagai badut kelas di sekolah. Di kelas ia hanya menggambar kartun guru-gurunya dan melucu. Rapornya sangat buruk, dan akhirnya ia masuk ke Liverpool College of Art. Di sinilah ia bertemu dengan Cynthia Powell, yang kemudian menjadi istrinya yang pertama. Di college, ia tetap tidak serius dan akhirnya keluar sebelum menyelesaikan pendidikannya.


Quarrymen dalam perjalanannya beberapa kali mengganti nama, dan personel-personelnya datang dan pergi. Band itu kemudian bernama 'The Beatles', nama yang konon ditemukan oleh Lennon. Allan Williams menjadi manajer mereka, dan pada tahun 1960 ia berhasil memperoleh kontrak dengan sebuah klab di Hamburg. Band ini pun kemudian pergi ke Hamburg, beranggotakan John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, Stuart Sutcliffe, dan Pete Best. Best adalah drummer mereka saat itu. Di Hamburg, The Beatles tampil setiap malam di klab malam yang kotor, dan tinggal bagai pengamen di penginapan kecil di dekatnya. Namun kemudian mereka dideportasi dari Hamburg, karena George Harrison masih di bawah umur untuk bekerja di sana.

Sekembalinya ke Liverpool, mereka tampil di Cavern Club. Di klab inilah The Beatles menjadi sangat terkenal di Liverpool, setiap show mereka selalu ramai dan panjang antriannya. Namun tak lama kemudian, di paruh akhir tahun 1961, The Beatles kembali ke Hamburg dan merekam 'My Bonnie' bersama Tony Sheridan. Stuart Sutcliffe memilih untuk tetap di Hamburg bersama pacarnya, Astrid Kircherr, ketika The Beatles akan pulang ke Liverpool. Maka McCartney mengambil alih bass. Beberapa bulan kemudian, Sutcliffe wafat di Hamburg karena gangguan otak.

The Beatles kembali tampil secara rutin di Cavern Club. Di klab ini, pada bulan November 1961, untuk pertama kalinya Brian Epstein menyaksikan penampilan band ini. Epstein adalah pemilik toko musik NEMS di Liverpool, yang mengenal The Beatles karena seorang pelanggannya menanyakan rekaman 'My Bonnie' yang direkam band ini bersama Tony Sheridan. Epstein terpesona melihat penampilan The Beatles, dan kemudian menjadi manajer band ini. Epstein menawarkan tape demo The Beatles ke studio-studio rekaman, dan berulang kali ditolak, seperti di Decca Records.

Akhirnya The Beatles diterima di Parlophone Records, label yang ada di bawah pengawasan EMI, dengan produsernya George Martin. Syarat yang diberikan Martin adalah mengganti drummer mereka, Best, yang dianggap kurang berkompeten. Best kemudian diganti oleh Ringo Starr (nama aslinya Richard Starkey), drummer asal Liverpool yang sebelumnay bergabung dengan Rory Storm & the Hurricanes. The Beatles meluncurkan singel 'Love Me Do' yang langsung mencapai nomor 17 di tangga lagu Inggris. Singel mereka yang kedua, 'Please Please Me', menjadi singel pertama mereka yang mencapai peringkat teratas di tangga lagu.

Kesuksesan ini terus berlanjut. Nyaris semua singel mereka mencapai peringkat teratas di tangga lagu Inggris, namun 'I Wanna Hold Your Hand' di tahun 1964 adalah singel pertama yang berhasil menembus industri musik Amerika Serikat, sekaligus mengawali apa yang disebut sebagai 'British Invasion'. Sejak saat inilah musik The Beatles tersebar ke seluruh dunia, meraih sukses di mana-mana, terkenal di setiap penjuru. Konser mereka selalu dipadati fans yang sangat fanatik, yang mengejar-ngejar band ini ke mana pun mereka pergi. Teriakan fans membuat The Beatles bahkan tidak dapat mendengarkan suara mereka sendiri di atas panggung.

Di tahun 1966, akhirnya The Beatles memutuskan untuk berhenti mengadakan konser. Selain karena begitu ributnya penonton sehingga musik mereka menjadi tidak terdengar jelas, musik The Beatles juga telah menjadi amat berkembang sehingga tidak dapat dimainkan secara langsung dengan teknologi pertunjukan live di masa itu. Keputusan ini ditanggapi secara luas di dunia, yang menyangsikan kelanjutan band ini. Namun The Beatles menjawabnya dengan album Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band di tahun 1967, yang hingga kini masih diakui banyak kalangan sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa.

Setelah kematian Epstein di tahun 1967, Lennon adalah orang yang tidak senang akan tindakan McCartney yang mengambil alih kepemimpinan band itu. Ia membenci proyek-proyek yang dipimpin McCartney, seperti film Magical Mystery Tour dan Let It Be. Lennon juga menjadi orang yang pertama kali melanggar kesepakatan awal The Beatles, yaitu untuk tidak membawa istri dan pacar pada proses rekaman, dengan membawa Yoko Ono dalam proses pembuatan album White Album di tahun 1968. Lennon juga orang yang pertama menyatakan ingin keluar dari The Beatles.

Setelah band ini bubar di tahun 1970, perseteruan antara Lennon dan McCartney terus berlanjut. Salah satunya adalah Lennon kesal karena McCartney mendahuluinya dalam menyatakan bubarnya The Beatles. Lennon, Harrison dan Starr juga melawan McCartney di pengadilan dalam membubarkan band ini.


1970-1980

Saat ia masih bergabung dengan The Beatles, Lennon (bersama Yoko Ono, istrinya) merekam tiga album eksperimental, Unfinished Music No. 1 : Two Virgins, Unfinished Music No. 2 : Life with the Lions, dan Wedding Album. Album solo pertamanya, di luar ketiga proyek tersebut adalah Live Peace di Toronto 1969, dengan Plastic Ono Band. Ia juga merekam tiga singel, anthem anti-perang "Give Peace a Chance", "Cold Turkey", dan "Instant Karma". Setelah bubarnya The Beatles di 1970, Lennon meluncurkan album John Lennon/Plastic Ono Band. Lagu "God" menuliskan orang-orang dan hal-hal yang tidak dipercayai Lennon - berakhir dengan "Beatles".

Album Imagine menyusul di tahun 1971, dan lagu dengan judul yang sama menjadi anthem bagi gerakan anti-agama dan anti-perang. Videonya direkam serba putih (pakaian putih, piano putih,ruangan p[utih). Ia menulis "How Do You Sleep?" sebagai serangan pada McCartney, dan menampilkan George Harrison pada gitar. Namun kemudian Lennon mengklaim lagu tersebut adalah tentang dirinya sendiri.

Sometime in New York City (1972) lantang dan secara eksplisit berbau politik, dengan lagu mengenai pemberontakan di penjara, diskriminasi rasial, peran Inggris terhadap Irlandia Utara, dan permasalahannya sendiri dalam memperoleh Green Card di Amerika Serikat. Lennon telah tertarik pada politik sayap kiri sejak akhir tahun 1960.

Pada tanggal 30 Agustus 1972, Lennon dan band pendukungnya, Elephant's Memory, tampil dalam dua konser di Madison Square Garden di New York. Ini adalah penampilan konser penuh Lennon yang terakhir.

Lennon dan Ono sempat berpisah untuk beberapa minggu. Lennon pindah ke California, dan memulai periode yang disebutnya sebagai 'lost weekend' (walaupun sebenarnya ini berlangsung sekitar 18 minggu). Lennon meirlis Mind Games di tahun 1973, yang dikreditkan pada "The Plastic U.F. Ono Band". Ini juga album solo pertama yang diproduksi Lennon tanpa input dari Yoko. Lennon menulis "I'm the Greatest" untuk album Ringo Starr, 'Ringo', dan merekam versinya sendiri dari lagu itu (yang terdapat pada album 'John Lennon Anthology'). Perilaku Lnenon pada masa ini sangat buruk, dengan banyak malam dihabiskan di tempat pemabuk. Lagu-lagu dalam periode ini (terdapat pada Mind Games dan Walls and Bridges memuat nada meminta maaf yang sepertinya ditujukan pada Ono. Dari saran Ono, Lennon mengambil May Pang sebagai asisten dan kekasihnya pada masa ini.

Lennon tampil sebagai tamu kejutan pada konser Elton John di Madison Square Garden di mana mereka menampilkan "Lucy in the Sky with Diamonds", "Whatever Gets You Thru The Night", dan "I Saw Her Standing There" bersama. Ini adalah penampilan konser terakhirnya di depan audiens rock. Kebetulan, Yoko Ono hadir pada konser itu, dan setelah pertemuan di belakang panggung, keduanya kembali bersama. Setelah penampilan itu, Lennon pergi ke Florida dan menandatangani pembubaran The Beatles secara hukum. Kemudian Lennon kembali tinggal bersama Yoko Ono, dan Ono hamil dengan putra pertama mereka.

Di tahun 1975, Lennon meluncurkan album Rock 'n' Roll, yang berisi versi kover dari lagu-lagu artis lain. Album ini tidak diterima dengan baik oleh banyak kritikus, namun memuat sebuah lagu yang banyak dipuji, "Stand By Me". David Bowie memperoleh posisi nomor satu di tangga lagu Amerika Serikatnya yang pertama (di tahun 1975) dengan lagu "Fame", yang juga ditulis oleh Lennon (yang juga mengisi vokal dan gitar) dan Carlos Alomar.

Lennon tampil pada penampilan musikal publiknya yang terakhir di ATV, 18 April 1975, menampilkan "Imagine" dan "Slippin' and Slidin" dari LP Rock 'n' Roll. Dan pada 9 Oktober 1975 - ulang tahun Lennon yang ke-35 - putranya Sean Taro Ono Lennon lahir, dan Lennon pun berhenti dari bisnis musik untuk merawatnya.

Masa istirahat Lennon berakhir di tahun 1980, tahun di mana ia menulis banyak lagu saat liburan ke Bermuda, dan mulai berpikir untuk merekam album baru. Lennon dan Ono pun akhirnya memproduksi album Double Fantasy, album konsep yang fokus pada hubungan mereka. Nama album ini diinspirasikan dari spesies yang dilihat Lennon di Bermuda Botanical Gardens; ia menyukai nama itu dan berpikir bahwa itu adalah deskripsi yang sempurna bagi pernikahannya dengan Ono.

Pasangan Lennon memulai kembali wawancara-wawancara dan perekaman video untuk mempromosikan album itu. Walaupun Lennon berkata pada wawancara bahwa ia tidak pernah menyentuh gitar selama 5 tahun, beberapa lagu seperti "I'm Losing You" dan "Watching the Wheels" dikerjakan di rumahnya. "(Just Like) Starting Over" pun mendaki tangga lagu, dan Lennon mulai berpikir tentang tur keliling dunia.

Menjelang akhir hidupnya, Lennon menunjukkan ketidaksenangannya akan autobiografi George Harrison, I Me Mine. Menurut Ono, ia juga tidak senang karena lagu-lagu McCartney seperti "Yesterday", "Hey Jude", dan "Let It Be" lebih banyak dinyanyikan artis lain daripada lagu yang diciptakannya.

Lennon ditembak mati Mark David Chapman di depan apartemennya di New York, pada tanggal 8 Desember 1980.


Yoko Ono

Pada tanggal 9 November 1966, setelah tur The Beatles yang terakhir, dan setelah Lennon menyelesaikan perekaman film How I Won the War, Lennon mengunjungi pameran seni Yoko Ono di Indica Gallery, di Masons's Yard, London. Lennon memulai hubungannya dengan Ono di bulan Mei 1968 setelah kembali dari India. Cynthia mengajukan cerai beberapa bulan kemudian, didasarkan pada perselingkuhan Lennon dengan Ono. Lennon dan Ono menjadi tak terpisahkan, bahkan saat sesi-sesi rekaman The Beatles.

Media massa bersikap kurang baik pada Ono - menulis artikel-artikel yang memojokkan dia, dengan beberapa nada rasis - dan menyebut dia 'jelek'. Lennon yang marah, berkata bahwa tidak ada John dan Yoko, namun mereka adalah satu orang; 'JohnandYoko'. Kehadiran Ono tiap hari di studio membuat suasana intern The Beatles pada masa perekaman album White Album di tahun 1968 semakin memanas.

Pada akhir tahun 1968, Lennon dan Ono tampil dengan nama 'Dirty mac' pada Roll and Roll Circusnya Rolling Stones. Selama dua tahun terakhir Lennon di The Beatles, ia menghabiskan sebagian besar waktunya bersama Ono, mengikuti portes-protes publik menentang Perang Vietnam. Lennon mengirim kembali medali MBEnya, yang diberikan Ratu Elizabeth pada tahun 1965, sebagai bentuk protes atas keikutsertaan Inggris pada perang di Nigeria, serta dukungan negara tersebut pada Perang Vietnam.

Pada tanggal 20 Maret 1969, Lennon dan Ono menikah di Gibraltar, dan menghabiskan bulan madu mereka di Amsterdam pada acara yang dinamakan '"Bed-In" for peace'. Di belakang tempat tidur mereka terdapat poster-poster yang bertuliskan "Hair Peace. Bed Peace." Mereka menggelar aksi itu kmebali di Montreal, di mana keduanya, bersama musisi-musisi lainnya, merekam "Give Peace a Chance", lagu yang kemudian menjadi salah satu anthem pergerakan untuk perdamaian. Beberapa saat setelah pernikahannya, Lennon mengubah namanya menjadi John Winston Ono Lennon. Ia juga menulis lagu "[The Ballad of John and Yoko]", yang menceritakan tentang pernikahan mereka. Lagu itu direkam bersama McCartney.

Jumat, 17 April 2009

SUPERMAN IS DEAD BLACK MARKET LOVE


Ini adalah tahun ke-11 Superman Is Dead berdiri tegak menantang.

Ini adalah album ke-3 paguyuban langgam cadas beranggotakan Bobby Cool, Eka Rock, & Jrx, bersama Sony BMG?dan merupakan album ke-6 secara keseluruhan.

Ini adalah kontinuitas ekspresi bingar SID akan cinta dan cita-cita pada musik, kemerdekaan berpendapat, serta harapan untuk terus rukun damai sentosa di buana Bhineka Tunggal Ika.

Here they are again, friend. Alive, beer-soaked, and kicking!

?Black Market Love? yang direkam di Electro Hell studio pada fajar 2006 dipilih sebagai judul pertama karena, well, it sounds great and dangerous! Yang jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai ?Cinta Pasar Gelap? a.k.a. ?Cinta Rahasia?. Indeed, ?Black Market Love? adalah deklarasi SID pada dunia tentang kecintaan mereka pada hal-hal yang selama ini divonis ?salah? oleh perspektif mayoritas.

Kedua karena SID akan tanpa bosan melawan ketakpedulian, fasisme, diskriminasi, budaya kekerasan, dan pembodohan. Ayo lawan dengan letup cinta yang tegar menyala!

Hal lain yang patut dicatat dari album bersampul tengkorak berkumis ini adalah deras bertambahnya lirik berbahasa Indonesia. Tentu SID punya alasan kuat untuk itu. Simak komentar Jrx, ?Setelah hampir 11 tahun terlalu banyak memakai lirik berbahasa Inggris, pendengar sering kurang menangkap apa yang coba kita suarakan. Hasilnya seringkali publik hanya menilai kita secara tampak luar dan fashion saja. Salah besar sebab sejak awal kita ingin menempatkan musik sebagai media pemberi motivasi untuk anak-anak muda yang sering bingung dan mempertanyakan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan kehidupan??

Selebihnya, bak melanjutkan petualangan dari album sebelumya, ?The Hangover Decade?, SID makin lebar menjelajah dengan mulai memasukkan instrumen-instrumen eksotik macam akordion, grand piano, organ dan biola. Njlimet? Wah, malah tidak. Album ini sebaliknya tetap relatif mudah dicerna kuping, Bersahaja dus gemah ripah dengan tembang-tembang sing-a-long. Perhatikan single pertamanya, ?Bukan Pahlawan?. Simple, bertempo sedang, gampang dinyanyikan riang bersama para sahabat di bar-bar murah atau tempat-tempat hiburan kelas bawah. Kesederhanaan aransemen dan koor dadakan bisa gampang tercipta pada country rock-fueled ?Goodbye Whiskey? serta ?Kita vs Mereka?–yang terinspirasi oleh kesewenangan yang menimpa Inul. Dan beautifully stripped-down dengan balada 3 kunci, ?Lady Rose?.

Sementara bianglala tema tetap kaya warna. ?Marah Bumi? & ?Year of the Danger? menyoroti ulah manusia yang tidak ramah lingkungan & paceklik sisi humanisme. ?Citra O.D.? & ?Psycho (Fake)? menyayangkan eksploitasi media terhadap privasi paling pribadi serta trend manipulasi citra. ?Tomorrow? memimpikan dunia tanpa perang, adil makmur ijo royo-royo.

Pun varian partisipan makin lintas sektoral sekaligus ?berbahaya?. Dari lingkup domestik muncul Jrx dan Eka Rock mengambil alih posisi biduan, lalu maskulin bersenandung masing-masing di ?Lady Rose? dan ?Anger Inc.?. Dari lingkup regional, Leo Sinatra (of nu skool Rockabilly act, Suicidal Sinatra) gitaris muda sakti-mandraguna-lihai-lancar-jaya-banyak-tattoo-banyak-bahagia bersedekah mengamalkan sedikit kebajikannya di ?Goodbye Whiskey?; Dankie (of grunge?s last gentlemen, Navicula) elok menggesek slide guitar ditimpali vokal latar sejuk misterius oleh Sari (of Goth-Punk outfit, Nymphea) di ?Lady Rose?; Prima (from politico-rapcore collective, Geekssmile), gerah berteriak di ?Citra O.D.?; Philipus indah berkiprah lewat organ di ?Bukan Pahlawan?, grand piano di ?Bangkit & Percaya?, & akordion di ?Menginjak Neraka?; Mr. Fahmi (of Chicano-Punk mafia, Devildice) & One Dee (of Ska veterans, Noin Bullet) seronok mengisi departemen tiup di ?Menginjak Neraka?. Sounds dangerous enough, eh?

Untuk kaum yang tersisih dan terlupakan. Untuk mereka yang tersudut dan terdiam. Mari lawan dunia yang marak dengan benci & dengki dengan pijar cinta yang besar!

Bersulang,
RUDOLF DETHU ~ Propagandis SID
www.supermanisdead.net

*** Untuk deskripsi rinci masing-masing lagu di album Black Market Love, silakan buka sisipan yang ditulis sendiri oleh Jrx
*** Pesta perkenalan album Black Market Love di Bali akan diadakan pada hari Sabtu 22 April 2006 di Planet Hollywood, Simpang Dewa Ruci, Kuta, dengan artis pembuka: 7Crowns (Inggris) dan The Dissland. Harga tanda masuk Rp 30 ribu dapat ditukarkan dengan minuman ringan atau bir. Acara dimulai jam 9 malam
*** Pada saat pesta perkenalan akan diputar juga 2 videoklip terbaru SID yaitu “Bukan Pahlawan” karya Erick Est + SID dan “Black Market Love” karya Bob Calabritto + Peter M. Smit
*** Kamis besok, 20 April 2006, akan diadakan konferensi pers di Planet Hollywood jam 11 siang. Kami di sini sekaligus mengundang rekan media untuk datang. Saat konferensi pers akan ditayangkan juga untuk pertama kalinya videoklip “Bukan Pahlawan” serta “Black Market Love”
*** Album Black Market Love baru akan beredar akhir April atau awal Mei 2006

Kenapa Black Market Love sebagai judul album ke-6 kita?Pertama, karena it sounds great and dangerous! Kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya Cinta Pasar Gelap> Cinta Rahasia> Kecintaan kita terhadap hal-hal yang dianggap ?salah? diperspektif masyarakat mayoritas.Kedua, karena kita ingin menunjukkan resistensi kita kepada dunia, sejauh mana kita mencoba berdiri melawan ketakpedulian, fasisme, diskriminasi, peperangan, pembodohan, kekerasan, materialisme dan budaya basa-basi pembodohan. Ya, kita melawan semua itu dengan cinta yang kita miliki. Sebuah cinta yang membentuk karakter dan siapa diri kita sampai hari ini kita masih bisa berdiri. Cinta, cita-cita dan mimpi kita terhadap musik, perdamaian, kebebasan berpendapat dan berekspresi, bumi pertiwi, kenakalan-kenakalan yang tidak merugikan orang lain dan perlakuan yang sama untuk setiap umat manusia.

Harapannya, tidak ada lagi kaum minoritas yang selalu ditekan, tidak ada lagi kaum mayoritas yang arogan dan memaksakan kehendak. Persatuan. Saling menghargai. Equal respect.

Di album yang direkam di Electrohell Studio, Bali ini, kita banyak melakukan experiment. Kita memasukkan instrument-instrument baru seperti trumpet, akordion, grand piano, organ dan biola. Demikian juga pada lirik dan aransemen lagu. Lebih sentimentil dan berbahaya, bisa dibilang begitu. Beribu puisi jalanan dan mimpi-mimpi abadi peradaban manusia, coba kita tumpahkan sejujur-jujurnya disini.

Kali ini kita banyak memasukkan lirik berbahasa Indonesia karena kita ingin mendidik pendengar. ?Within Great Power Comes Great Responsibility? Setelah hampir 11 tahun terlalu banyak memakai lirik berbahasa Inggris, pendengar sering tidak menangkap apa yang kita coba suarakan. Hasilnya, seringkali pendengar hanya menilai kita secara tampak luar dan fashion saja. Salah besar. Padahal sejak awal kita ingin menempatkan musik sebagai media pemberi motivasi untuk anak-anak muda yang sering bingung dan mempertanyakan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan kehidupan.

Untuk lebih jelasnya, kita akan coba terangkan satu persatu amunisi dalam lagu baru di album Black Market Love:

1. Year Of The Danger
Lagu bernuansa ?panic? ini bercerita tentang masa-masa kita mulai memasuki tahun-tahun berbahaya hidup di Bali. Teror bom, kekerasan, ketakutan. Rasa tak berdaya kita menghadapi semua itu. ?we live in fear, live in disgrace, live in the world of hate wonder if I could survive? dan ?how can you believe in peace, will you give a war a kiss?? begitu salah satu penggalan liriknya. Lagu bertempo cepat ini kita harapkan bisa membuka mata hati seluruh umat manusia, untuk mengurangi kebencian terhadap satu sama lain. Ayo bersatu!

2. Bukan Pahlawan
Bertempo sedang, sing-along dan bersahaja. Melodi yang simpel namun menusuk hingga ke tulang. Cocok didengarkan saat hang-out di bar murah bersama kawan-kawan sejati dan mendiskusikan perasaanmu tentang dunia yang telah berhenti tertawa. ?aku bukan pahlawan berparas tampan, sayap-sayap pupus terbakar, salah benar semua pernah kulakukan, angkat gelas kita bersulang?? demikian penggalan reffrain-nya. Calon kuat untuk single dan klip pertama kita dari album ini. Dan oya, jangan lupa menyimak permainan organ sahabat kecil kita Philipus disini.

3. Black Market Love
Cukup jelas, lirik lagu ini menceritakan tentang hal yang sama seperti makna judul album kita. ?tattoos on my hand, music?s on my mind? dan ?I wear second hands, hookers are my friends, this will never end, this black market love? begitu bunyi reffreain-nya. Pengaruh The Living End dan The Beatles sangat terasa di lagu ini. Very sing-along. indah dan berani [ups! bukan berani mati, tapi berani nyanyi] Calon kuat single kedua!

4. Marah Bumi
Tempo cepat, dibalut nada sedih biola dibeberapa part-nya. Lagu kemarahan kita terhadap manusia-manusia sombong yang bisanya hanya merusak dan menguras isi bumi tanpa mau memikirkan efek kedepannya. Ya, lagu ini buat Amerika yang sampai sekarang tidak mau menandatangani protokol Kyoto, buat kalian yang suka membuang sampah plastik sembarangan dan buat kalian yang suka menyebarkan permusuhan hingga bumi ini menjadi tempat yang tidak indah lagi. Kita coba mengingatkan kalau saat ini bumi sedang menangis melihat tingkah laku kita semua yang sok paling hebat. Dan saat bumi pertiwi marah, kita semua akan mati. Semua bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini. Pikirkan itu.

5.Citra O.D
Unik, karena ini lagu S.I.D pertama yang menggabungkan bahasa Indonesia dan Inggris dan memasukkan unsur ol-skool-hardcore didalamnya. Kita dibantu oleh Prima [ dari band political Geek?s Smile] di sektor vokal. Menceritakan tentang sifat konsumtif manusia yang makin menjadi-jadi atas nama modernisasi dan popularitas. Begitu banyak remaja kita yang terbutakan oleh media, sinetron, reality show dan sensasi murahan para selebriti kampungan. Semua harus mahal, kulit harus putih, pacar harus anak pejabat and all that superficial stuff. Hari ini pencitraan adalah segala-galanya, uang dan tampilan fisik selalu dianggap raja. Kita melawan semua itu. Titik!

6. Strong Enough
Berkarakter dewasa, lurus dan tebal. Cocok didengarkan dalam perjalanan jauh [tapi jangan terlalu jauh ya]. Menceritakan tentang keadaan band kita yang tetap berdiri tegap menantang arah sampai detik ini walaupun sempat melalui masa-masa sulit. Difitnah, dilempari, diludahi dan dipukuli. Ya, kita masih ada dan akan tetap setia bermain musik untuk menyebarkan harapan, cinta dan kesenangan. Hentikan permusuhan dan mulailah menabung karma yang lebih baik.

7. Psycho Fake
Sangat cepat. Bermuatan hampir sama dengan lagu Citra O.D, namun lebih menjurus ke gaya anak-anak muda yang senang berpenampilan sok psycho dan mempunyai masalah kejiwaan namun sebenarnya itu semua gak lebih dari sekedar aksi untuk menarik perhatian [kaum wanita]. Ya, kita berbicara tentang rockstar-rockstar palsu yang berpenampilan [maunya keliatan] gothic, yang kalo difoto pengin keliatan ?ada yang tidak beres dengan masa kecilnya?. Jaket dan celana kulit, boots besi-besi, anting di wajah, rantai dimana-mana, rambut gaya terkini tidak lupa diwarnai supaya keliatan funky. Gitar Ibanez ampli Marshall, pas manggung mainin lagu yang liriknya pop komersil kacangan. Aduh, balikin tuh duit tiketnya!

8. Bangkit & Percaya
Jeritan hati kecil minoritas. Lagu sentimentil tentang rasa kehilangan dan kemarahan. Khusus dedikasikan untuk korban-korban bom di Indonesia dan sahabat-sahabat yang lebih dahulu meninggalkan kita. Disini kita masukkan denting grand piano dan biola untuk menambah nuansa murung. Tapi jangan salah, tempo lagu ini sama sekali tidak pelan. Sadness in the right speed. Liriknya ?amarah yang tak tertahan, kematian langitpun hitam, atas nama cinta dan harapan yang tenggelam, ku kan bangkit dan percaya?

9. Anger Inc.
Marah! Tapi berdansa rockabilly-ska sambil sesekali menyisiri rambut hitam mu. Kemarahan dalam mempertanyakan apa itu kebenaran. Apakah suara terbanyak itu selalu yang paling benar? Kalau begitu, kebenaran hanyalah jumlah nominal yang bisa diatur-atur. Kalo ada beberapa preman pakai tato, apakah kita otomatis menjadi seorang preman jika kita juga punya tato? Ugh! Jadi bingung sendiri. The truth is, kita bikin lagu ini sambil berharap kalo kita emang benar band punkrock yang gagah berani, bukan boyband jadi-jadian. Highlight-nya ada pada vokal Eka Rock yang untuk pertama kali benar-benar bernyanyi di album S.I.D. and he did it pretty well. Saudara saudara, saatnya menunjukkan taring dan kumis kucing anda. Haha!

10. Goodbye Whiskey
Balada riang bertemakan seorang alkoholik yang harus berhenti menenggak whiskey karena ia gak ingin cepat mati. Hmm?.ironis. Simpel bernuansakan country/cowboy. Pas untuk perjalanan melewati gurun Las Vegas, trus balik lagi karena gak punya duit buat minum dan main judi. Riang namun tersirat kesedihan yang mendalam. Layaknya lagu sepasang kekasih yang tak rela dipisahkan setelah belasan tahun memadu racun.
Liriknya ?remember when we were downtown, punkrock song and I hold you thight like there?s no tomorrow?. Curian melodi-melodi nakal dari Leo [from new-skool rockabilly act Suicidal Sinatra] mengajak kita membayangkan perpisahan yang gagah di dalam sebuah bar kayu. Yap, perpisahan untuk sesuatu yang ?katanya? lebih bagus emang kadang perlu.
Bukan begitu, kawan?

11. Menginjak Neraka
Hmmmm, agak susah dengan yang satu ini. Benar benar keluar dari pakem punkrock pada umumnya. Tapi hey, punkrock gak bisa diukur dari jenis musik. Punkrock adalah kejujuran dan keberanian untuk melawan arus. Lagu ini pure experiment. Terselip nada-nada Spanyol dengan beat tango dan tiupan maut trumpet beracun Mr.Fahmi [from chicano-punk mafia Devildice] Belum lagi tarian akordion dari jemari Philipus yang seolah menyampaikan pesan kalau hari terakhir sudah dekat. Menakutkan. Eksotis. Kolosal. Namun tiba-tiba dibanting gesekan gitar dan vokal bertendensi grunge dipertengahan lagu. Check out the amazing backing vocal section di akhir lagu. Gospel from hell.
Lagu ini bercerita tentang dosa, malaikat dan permintaan maaf kepada Tuhan.
Deep and unpredictable.

12. Kita Vs Mereka
Lagu kebebasan. Liriknya terinspirasi dari kejadian yang menimpa Inul dan kaum-kaum yang ditekan di seluruh Indonesia. Ya, kita bersimpati dan akan selalu mencoba berada di pihak orang-orang yang dijajah oleh sifat munafik masyarakat kita yang mencintai fasisme dan keseragaman. Kita ingin bertanya. Kenapa semua harus seragam? Bukankah dunia ini akan lebih baik jika kita bisa hidup saling jaga walaupun kita berbeda beda. Setiap manusia kan berhak untuk hidup dengan cita-citanya sendiri. Selama kita tidak merugikan orang lain, apa salahnya untuk mencoba menjadi diri sendiri. Jika ingin menjadi manusia yang lebih baik, jangan orang lain yang malah diatur-atur. Btw, lagu ini sangat simple, model punk tahun 77. ?jarum dan tinta, kulit berwarna, buktikan kubisa, kan kurubah dunia?? begitu salah satu liriknya.

13. Lady Rose
Cos every thugs needs a lady. Hanya orang bodoh yang bilang punkrocker ga boleh nulis lagu tentang cinta. Lupakan lirik cinta tipikal Indonesia yang manja dan sok ganteng. Lagu ini ditulis dengan darah dan keringat. Maskulin. Penghargaan tertinggi untuk malaikat yang menyelamatkan seorang tentara mawar hitam dari drugs dan kehancuran. Bersenjatakan gesekan slide-guitar dari Dadang [of grunge-heroes Navicula], backing vokal menyentuh dari Sari [of goth-punk Nymphea] dengan iringan old-skool organ. Balada 3 kunci ini memiliki kerendahan hati, keberanian dan rasa terima kasih dari hati yang paling dalam. Dengarkan disaat kalian ingin mengungkapkan rasa cinta yang sebenar-benarnya kepada penyelamat kalian. ?you?re the heart of the crowns and the blood of all my lifetime, you are my lady rose?. Sekuat Johny Cash dan seromatis jutaan mawar merah.

14. Tomorrow
Harapan untuk perdamaian dan dunia yang lebih baik. Kita membayangkan kalau seluruh pemimpin negara dan agama meletakkan mahkotanya dan saling berjabat tangan untuk satu tujuan, menghentikan perang. Lupakan dendam, lupakan sifat megalomaniac, lupakan kepentingan dan perbedaan. Kita semua satu. Dan kita percaya kalau tidak ada manusia yang tidak memimpikan hari esok yang lebih baik. Lagu ini sengaja kita kemas dalam nuansa tegang dan sedikit horror, karena itulah perasaan kita yang sebenarnya terhadap dunia ini. Kita cemas dan menginginkan suatu perubahan. Mencoba menyelamatkan dunia ini dengan cara yang kita bisa. Kaum silent-majority, tunjukkan kalau kita ada! Terdengar ambisius dan berlebihan? Kita tidak peduli.

Yup, itu tadi sekilas tentang muatan lagu-lagu kita di album Black Market Love. Kita benar-benar berharap album ini bisa memberikan harapan, support dan motivasi bagi teman-teman yang selalu merasa tertekan dan dirugikan. Untuk kaum yang tersisih dan terlupakan. Untuk kalian yang tersudut dan terdiam. Ayo sama-sama kita lawan dunia kebencian ini dengan sepenuh cinta yang kita miliki. Cinta bisa membunuh, tapi cinta juga yang kan menyelamatkan dunia. Jika kita percaya.

Cheers, cherry and dynamite,
jrx

Selasa, 07 April 2009

SEX PISTOLS ANARCHY


Sex Pistols adalah band yang paling radikal dari dekade 1970an. Mereka merupakan ikon punk yang dikenal luas. Citra, musik dan lirik mereka yang vulgar namun penuh dengan humor meninggalkan kesan yang dalam ke masyarakat melalui karir yang singkat.
Vokalis Steve Jones, drummer Paul Cook dan gitaris Wally Nightingle sebelumnya bermain bersama band The Strand. Mereka sering bermain ke toko busana milik Malcolm McLaren yang saat itu bernama Let It Rock. Mengetahui McLaren mempunyai banyak koneksi dalam industri musik, Jones menawarkan dia untuk menangani bandnya namun McLaren tidak tertarik.
The Strand berganti nama dan personil pada tahun 1975. Glen Matlock menggantikan Wally Nightingale dan memegang bass, Steve Jones mengambil alih posisi gitar dan Johnny Rotten yang sering memakai t-shirt "I Hate Pink Floyd" dan sering nongkrong di toko yang sudah berubah nama menjadi SEX Boutique itu diajak beraudisi. Rotten membawakan "Eighteen" dari Alice Cooper dan dinyatakan lulus.
Malcolm McLaren kemudian setuju menangani band dan membuat sederetan nama – Le Bomb, Subterraneans, The Damned, Beyond, Teenage Novel dan QT Jones and his Sex Pistols. Akhirnya QT Jones dihilangkan dan Sex Pistols digunakan. Dibawah pengarahan McLaren, band memainkan musik sederhana berbasis chord seperti The New York Dolls dan The Ramones. McLaren memberikan Steve Jones gitar Les Paul yang pernah dipakai Sylvain Sylvain dari The New York Dolls dan Richard Hell dari Television. Keduanya adalah figur punk kota New York.
Sex Pistols memainkan gig pertama di St. Martin’s School of Art di London pada Nopember 1975 dan melanjutkan pertunjukan-pertunjukan di kampus dan sekolah seni selama 1975 dan 1976. Setelah itu, mereka mulai bermain di klub dan pub seperti 100 Club dan The Nashville. Pada September 1976, mereka tampil dalam konser pertama diluar Inggris dalam acara pembukaan klub De Chalet Du Lac di Paris. Setelah itu, band menjalankan tur pertama Inggris dari September hingga Oktober, termasuk pertunjukan di penjara Chelmsford. Saat itu, Sex Pistols mulai menarik perhatian EMI.
Setelah mengambil bagian dari festival punk pertama di London di 100 Club, Oxford Street, Sex Pistols menandatangani kontrak dengan EMI. Single pertama mereka, "Anarchy in the UK", dirilis 26 Nopember 1976 dan langsung menjadi sebuah simbol kemarahan yang penuh dengan energi. Meskipun ada anggapan band punk "tidak bisa" main, rekaman live Sex Pistols saat itu menunjukan mereka merupakan band live yang mantap.
Setelah selesainya "Anarchy Tour" pada Desember 1976, EMI merasa Sex Pistols terlalu berbahaya untuk menampil di Inggris. Mereka menciptakan beberapa gig di Paradiso di Amsterdam pada Januari 1977 untuk Sex Pistols. Sekembali ke London, band mendapat publisitas negatif dan EMI pun melepaskan mereka. Gig Paradiso merupakan gig terakhir Sex Pistols dengan Glen Matlock. Matlock dipecat bulan Pebruari dengan alasan legendaris punk karena menyukai The Beatles, meskipun dalam wawancara tahun 2002 Steve Jones mengungkapkan alasan sebenarnya adalah Matlock terlalu sering mencuci kaki, sedangkan Matlock sendiri mengatakan pengunduran itu atas kemauan diri sendiri (mungkin karena tidak cocok dengan Johnny Rotten).
Posisi Matlock diisi Sid Vicious, teman Johnny Rotten dari The Flowers of Romance dan seorang penggemar besar Sex Pistols. Meskipun sangat terbatas kemampuan rmusikalnya, Sid Vicous direkruit McLaren karena memiliki penampilan dan "attitude" punk yang kental. Menurut biografi Sex Pistols England's Dreaming yang ditulis Jon Savage, amplifier Vicious selalu dimatikan sewaktu live dan sewaktu rekaman, bagian bass kebanyakan dimainkan Steve Jones atau Glen Matlock, yang kembali menjadi musisi sessi. Sid Vicious pertama kali tampil dengan Sex Pistols pada 3 April 1977 di Screen on the Green, London.
Setelah ditendang EMI, Sex Pistols bergabung ke A&M pada 10 Maret 1977 dengan melakukan upacara penandatanganan diluar Buckingham Palace. Mereka kemudian berpesta ke kantor A&M dan secara vulgar mengotori ruang direksi. Akibat dari itu, A&M mengeluarkan Sex Pistols pada minggu berikutnya. Tanggal 12 Mei, Sex Pistols menandatangani kontrak ketiga dan terakhir dengan Virgin Records, dengan perjanjian pengontrolan artistik total oleh Virgin.
Bulan itu, Sex Pistols merilis single kedua "God Save the Queen", sebuah lagu yang menyerang keluarga monarki. "God Save the Queen" langsung diblokir oleh Radio 1 milik BBC, namun single tersebut meroket ke posisi no. 2 di beberapa chart Inggris, meskipun ada chart yang mengosongkan posisi kedua mereka. Banyak pihak yang percaya dan menunjukan bukti bahwa single tersebut sebenarnya mencapai posisi no. 1, hanya diatur sedemikian rupa untuk menghindari pandangan negatif terhadap keluarga monarki.
Sementara itu, Sex Pistols terus menghangatkan suasana dengan menyewakan sebuah kapal dan berlayar di sungai Thames. Mereka melewati Westminster dan Houses of Parliament dan melakukan pertunjukan live. Aksi diakhiri dengan kerusuhan. Kapal digerebek polisi meskipun sudah mengantongi izin pertunjukan. Malcolm McLaren, anggota Sex Pistols dan semua orang yang berada dalam kapal ditahan. Peristiwa Sex Pistols ini dianggap berbagai pihak sebagai aksi yang menyenangkan dan cara publisitas yang hebat, tapi ada pihak yang tidak dapat menerimanya terutama kaum pro-royalist yang tidak menanggapi humor Sex Pistols. Mereka menyerang para penonton. Johnny Rotten dilukai geng Teddy Boys diluar Pegasus pub sehingga tur Scandinavia ditunda. Tur Inggris selanjutnya pun dilakukan secara rahasia dengan slogan SPOTS (Sex Pistols On Tour Secretly) untuk menghindari pembatalan dari pihak berwajib.
Single-single Sex Pistols kemudian dikumpul dan dijadikan album pertama, Never Mind the Bollocks Here's the Sex Pistols, yang dirilis 28 Oktober 1977. Sampul album yang mengandung kata "bollock" menimbulkan masalah lagi. Satu toko di Nottingham dituntut karena memajangkan album tersebut di kaca, sampai akhirnya profesor bahasa dari University of Nottingham diundang untuk membuktikan kata "bollock" dalam judul album hanya dalam konteks "omong kosong", bukan slang untuk buah zakar pria.
Pertunjukan terakhir Sex Pistols di Inggris diadakan di Ivanhoe's, Huddersfield pada hari Natal 1977 untuk kepentingan anggota pemadam kebakaran yang sedang melakukan aksi mogok kerja. Rencana tur ke Amerika yang dimulai dengan penampilan di Saturday Night Live tidak dapat direalisasikan karena belum mendapatkan paspor, akibat pelanggaran hukum anggota Sex Pistols. Elvis Costello berangkat ke Amerika menggantikan mereka.
Awal 1978, tur ke AS kembali dikoordinisir Malcolm McLaren. Tur yang berlangsung dua minggu itu kacau balau akibat perencanaan yang kurang matang. Sid Vicious dipukuli pengawal yang seharusnya menjaga dia, Johnny Rotten jatuh sakit dan pertunjukan dikecewai oleh sound system yang jelek dan audiens yang hostil. Pada akhir show di Winterland, San Francisco, Rotten yang sudah disilusi menanyakan audiens sebuah pertanyaan yang terkenal, "Pernah merasa anda dibohongi?", sebelum meninggalkan panggung. Rotten mengumumkan pembubaran Sex Pistols. McLaren, Paul Cook dan Steve Jones berangkat berlibur ke Brasil dan Sid Vicious berangkat ke New York, meninggalkan Rotten sendirian di Amerika tanpa tiket pesawat. Akhirnya Warner Brothers membayar tiket Rotten ke London dan mengontrak dia sebagai artis solo.
Musim panas 1978, Steve Jones dan Paul Cook membantu Malcolm McLaren membuat film dan soundtrack The Great Rock `n` Roll Swindle, yang merupakan karya fiktif McLaren atas sejarah Sex Pistols. Jones dan Cook merekam beberapa track tanpa Rotten.
Setelah Sex Pistols bubar, Johnny Rotten kembali menggunakan nama aslinya John Lydon dan membentuk Public Image Ltd (PIL). PIL dikontrak Virgin untuk Inggris dan Warner Brothers untuk Amerika. Sid Vicious menetap di New York menjadi artis solo dan merekam sebuah album. Dia ditahan Oktober 1978 atas tuduhan membunuh pacarnya Nancy Spungen di New York City dan meninggal pada Pebruari 1979 dari overdosis heroin sebelum kasusnya disidangkan. Steve Jones dan Paul Cook membentuk The Professionals dengan sound yang mirip dengan rekaman Pistols paska Rotten, namun band baru ini disfungsi setelah kecelakaan mobil yang melukai beberapa anggota band. Malcolm McLaren kemudian menangani Adam and the Ants dan Bow Wow Wow dan sempat membuat beberapa hits atas namanya sendiri.
Pada tahun 2005, Sex Pistols dinobatkan ke Rock and Roll Hall of Fame. Dalam upacara yang diimpikan banyak artis rock, Sex Pistols menunjukan sifat punk mereka yang tulen dengan menolak hadir dan bahkan mengirimkan fax yang menghujat kekomersilan institusi tersebut. Akan tetapi, pihak penitia Hall of Fame tidak tersinggung dan dengan senyum membacakan fax mereka diatas panggung dan memuji attitude punk mereka.

GUITAR HERO : JIMI HENDRIX







Perjalanan karirnya sangat pendek, namun namanya punya gaung sangat panjang. Bahkan hingga hari ini. Dialah Jimi Hendrix. Usianya tidak sampai 28 tahun, tetapi masih tetap dipuja meski sudah 30 tahun ia meninggal dunia. Lahir di King Country Hospital, Seattle, Washington pada 27 November 1942. Dengan nama Johnny Allen Hendricks. Ia putra sulung pasangan Alex Hendricks yang Afro-Amerika Meksiko dan Lucille, seorang Indian Cherokee. Nama itu merupakan pemberian ibunya, yang kemudian diubah oleh sang ayah menjadi James Marshall Hendricks pada saat Hendrix kecil berusia 4 tahun. Kedua orangtuanya kemudian berpisah saat Jimi berumur tiga tahun.
Alex yang bekerja sebagai tukang sapu, menghidupi keluarganya dengan susah payah. Jimi kecil pun sering membantu ayahnya menyapu, dan dengan sapu itulah ia pertama kali bergaya bak seorang gitaris. Ia sering menirukan gaya duckwalk khas Chuck Berry. Sang ayah ternyata sering memperhatikan sikap puteranya.
Pada 1952, saat Jimi berusia 10 tahun, sang ibu wafat. Hal ini membuat Jimi sangat terpukul dan menjadi anak yang pemurung. Alex sebagai seorang penganut agama yang taat, mengajarinya untuk tabah. Ia sering mengajak Jimi ke gereja dan ikut dalam paduan suara. Tetapi itu rupanya belum cukup untuk menghibur Jimi.
Karena kasihan melihat Jimi yang tak kunjung berhenti bersedih, ayahnya membelikan Jimi sebuah gitar akustik sebagai hadiah ulang tahun ke-12. Gitar itu dibeli dari seorang kawan ayahnya itu seharga 5 dollar. Gitar itu kemudian dibalik susunan senarnya oleh Jimi yang kidal, sehingga ia dapat memainkan gitarnya dengan tangan kiri memetik senar, sedangkan yang kanan menari di atas fretboard.
Dengan bermain gitar, Jimi mulai dapat melupakan kepedihan ditinggal ibunya. Apalagi tiga bulan kemudian, Jimi dibelikan lagi sebuah gitar listrik Supro Ozark 160S oleh Alex. Eksplorasi musiknya pun menjadi lebih luas dengan gitar tersebut dan Jimi membentuk bandnya yang pertama Velvetone.
Sepanjang masa remaja itulah Jimi terus berlatih memainkan gitar. Ia sempat dikeluarkan dari sekolahnya Garfield High School gara-gara kebandelannya mengganggu para ceweq. Setelah putus sekolah, ia malah bisa lebih konsen membantu sang ayah. Dan tentunya ia juga lebih banyak mempunyai waktu untuk mengulik gitar.
Jimi punya kegemaran mendengarkan album milik musisi blues beken seperti B.B. King, Elmore James dan Muddy Waters, ataupun para rock n' roller seperti Chuck Berry dan Eddie Cochran. Lagu 'Rock And Roll Music' dari Chuck Berry termasuk lagu yang paling sering dibawakan Hendrix. Bahkan kemudian B.B. King memberi penghormatan kepadanya dengan mengabadikan nama ibu Hendrix, Lucille pada gitar Gibsonnya.
Masuk Militer
Jimi mulai berkarir di musik tahun 1960, saat ia menjadi anggota sebuah band bernama Rocking Kings dan mulai sering manggung di tempat konser seputar Seattle. Walaupun sudah mulai menarik perhatian para pencinta musik, ia tampaknya belum bisa menunjukkan totalitasnya karena setahun kemudian ia malah kena wajib militer dan bergabung dengan angkatan darat di Fort Ord, California.
Kemudian ia ditempatkan di 101st Airborne Paratroopers di Fort Campbell, Kentucky sebagai pasukan penerjun. Saat inilah ia bertemu dengan Billy Cox, seorang pemain bass berkulit hitam yang cukup disegani di kalangan musisi blues pada saat itu. Mereka sempat bermain di dalam band angkatan.
Dikarenakan cedera pergelangan kaki saat penerjunan yang ke- 26 kalinya, Hendrix kemudian diminta meninggalkan angkatan. Hikmah dari kejadian ini ---seperti kemudian dikemukakan Hendrix --- adalah ia jadi tidak perlu ikut dalam perang Vietnam yang meletus beberapa tahun kemudian. Saat itulah ia kembali bergabung dengan bekas teman-teman bandnya dan membentuk Bob Fisher & The Barnevilles. Mereka kemudian menjadi band pembuka untuk beberapa musisi untuk tour Amerika sebelum Hendrix kemudian pindah ke Vancouver, Kanada.
Tahun 1963, Hendrix pindah lagi ke Tennessee, dan di kampungnya Elvis Presley ini, ia bermain dengan sederet nama top waktu itu seperti Little Richard, Hank Ballard dan The Supremes. Ia juga ikutan di dua single-nya Lonnie Youngblood. Sayang, ia tidak sempat membuat kerja sama dengan Elvis. Tetapi ia sering menampilkan hit dari sang raja itu, yaitu 'Hound Dog' dan bahkan sempat pula merekamnya. Tentunya dengan versinya sendiri yang penuh teriakan dan geraman terutama di bagian chorus-nya.
Merasa kurang bisa mengembangkan karirnya, Hendrix pindah lagi dan kali ini ke New York. Di kota Big Apple itu, ia bermain bersama dengan Isley Brothers, sepanjang tahun 1964, termasuk untuk rekamannya di studio. Ia juga berkolaborasi dengan penyanyi soul Curtis Knight.
Knight kemudian menulis lagu 'Ballad Of Jimi' yang ditulisnya pada 1965, setelah Jimi berkata padanya bahwa ia (Jimi) akan mati lima tahun lagi. Tahun itu juga Hendrix menjadi anggota band pendamping Little Richard dan sering berkeliling di panggung- panggung seputar New York, salah satunya adalah Paramount Theater.
Sebagai musisi pendukung, tentu saja Hendrix kurang dapat mengekspos kemampuannya bermain gitar secara maksimal. Bahkan Little Richard pernah menyuruhnya melepas pakaiannya yang dinilai terlalu mencolok. Dan menggantinya dengan pakaian yang sudah dipersiapkan bagi musisi pengiring.
Menjadi orang kedua tentunya bukanlah harapan Hendrix. Tidak bisa menonjolkan diri dan dengan bayaran kecil membuatnya tertekan. Suatu ketika ia berjalan-jalan bersama pacarnya Jeannette Jacobs, ia menunjuk pada baju-baju bagus di etalase sebuah toko. Ia bilang pada Jeannette, ”Jika saya terkenal nanti, saya akan belikan kamu baju seperti itu.” Jeannette tersenyum, tidak yakin hal itu akan jadi kenyataan. Karena saat itu Jimi sendiri hanya memiliki dua potong kemeja, dua celana dan sepasang sepatu butut.
Pada tahun berikutnya 1966, Hendrix mulai menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Ia membangun bandnya sendiri, Jimmy James & The Blue Flames. Saat main di Café Wha! di Greenwich Village, New York pada bulan Juni, penampilannya dikagumi oleh Linda Keith. Linda yang pacar gitaris Rolling Stones, Keith Richards itu, tak lama kemudian mempertemukannya dengan bassis grup Inggris The Animals, Chas Chandler. Chandler pula yang mengusulkan mengganti nama Hendricks menjadi Hendrix. Ia kemudian mengajak Hendrix mengembangkan karir di London.
Ke Inggris? Tempat para jawara gitar itu? Hendrix sempat ragu. Selain Keith Richards, di Inggris bercokol para gitaris hebat seperti George Harrison (The Beatles), Pete Townsend (The Who) dan tiga gitaris jebolan Yardbirds: Jimmy Page (Led Zeppelin), Jeff Beck dan Eric Clapton (Cream). Hendrix minder untuk bertemu dengan Richards dan yang lainnya. Tetapi bilang pada Chandler ia ingin juga bertemu dengan Clapton.
“Tidak ada masalah dengan Richards,” kata Chandler. “Pacarnya sendiri yang merekomendasi kamu,” tambahnya. “Dan jika Clapton mendengarkan permainan kamu, maka dialah yang ingin bertemu kamu.” Chandler meyakinkan Hendrix. Dan walaupun membutuhkan waktu lima minggu untuk berpikir, ia pun akhirnya setuju. Maka, setelah mengurus berbagai macam keperluan, berangkatlah keduanya ke London.
Setiba di London pada 24 September 1966, Hendrix yang sebenarnya masih ragu, diajak Chandler ke kafenya Zoot Money. Di kafe yang merupakan tempat nongkrong para musisi itu, Hendrix sempat ber-jam session dengan pemusik setempat. Akhirnya --- setelah bermain sekitar dua jam --- Hendrix menemukan kepercayaan dirinya dan merasa akan cocok berkarir di Inggris.
Chandler kemudian mengajak Hendrix berkeliling dari tempat satu ke tempat lainnya. Ia yang cukup ngetop bersama The Animals, banyak kenal dengan para musisi dan pemilik klab. Hal ini banyak membantu Jimi mendapatkan kesempatan untuk manggung. Di klab Blaises tempat Hendrix bermain, ia dilihat oleh Johnny Hallyday yang saat itu merupakan penyanyi top di Perancis. Ia kemudian bernegosiasi dengan Chandler membicarakan kemungkinan kerja sama. Akhirnya diperoleh kesepakatan yaitu, Hendrix akan membuka konser Johnny. Tetapi Hendrix merasa harus memiliki band sendiri.
Di London, Chandler lalu mencarikan Hendrix dua 'pengawal' tangguh untuk posisi drums dan bass. Ia mendengar bahwa penggebuk drum Mitch Mitchell (lahir John Mitchell, 9 Juni 1947) keluar dari Georgie Fame's Blue Flames. Maka direkrutlah Mitchell mengisi posisi tersebut. Tinggal posisi pembetot bass yang masih lowong.
Saat itulah, Noel Redding (lahir David Redding, 25 Desember 1945) yang mengikuti audisi untuk jadi gitaris The Animals, ditawari jadi pemain bass bersama Hendrix. Karena posisi gitaris dalam The Animals sudah terisi, dan menyadari persaingan sebagai pemain gitar terlalu ketat, ia setuju untuk jadi pemain bass dan menerima tawaran tersebut.
Mitchell merupakan seorang aktor cilik untuk iklan TV, sebelum memutuskan menjadi musisi pada saat remaja. Ia sangat menyukai permainan drum dari Buddy Rich dan Gene Kruppa. Sedangkan Redding yang jebolan sekolah seni, pernah bermain dengan Modern Jazz Group dan Loving Kind. Pada September inilah Hendrix sebenarnya baru ikutan mengubah namanya dari Jimmy menjadi lebih sederhana, Jimi.
Lahirlah Legenda Itu
Mereka bertiga membuat band Jimi Hendrix Experience yang kemudian melegenda. Itu terjadi pada Oktober 1966. Saat di mana karir Hendrix yang sesungguhnya baru dimulai. Penampilan pertama mereka adalah ketika menjadi band pembuka dari penyanyi Perancis Johnny Hallyday yang manggung di Paris Olympia pada tanggal 18 bulan yang sama.
Tetapi demi penampilannya di Paris, Hendrix membutuhkan peralatan yang lebih hebat. Ia memerlukan ampli yang lebih besar dengan daya lebih kuat. Maka, Chandler pun menjual dua buah bass-nya --- Fender Precision dan Gibson EB ---untuk membeli Marshall Supro yang kemudian menjadi trademark-nya Hendrix.
Sebulan kemudian mereka --- untuk pertama kali sejak bertrio --- masuk studio. Mereka merekam lagu 'Stone Free' ciptaan Hendrix dan 'Hey Joe' karya Billy Roberts dan pernah dinyanyikan oleh Tim Rose. Kedua lagu tersebut digarap di De Lane Lea Studio, London.
Sayang ketika itu mereka masih sepi tawaran manggung. Sedangkan mereka harus membiayai hidup dan sewa studio. Sekali lagi Chandler harus merelakan koleksi bass-nya. Kali ini sebuah Fender Jazz Bass dan sebuah Fender Precision dilego. Ia pun bertekad, pengorbanan ini harus menghasilkan sesuatu yang hebat di kemudian hari.
Harapan itu sedikit demi sedikit mulai terwujud. Pada November mereka bermain selama empat hari di Big Apple Club, Munich, Jerman. Mendapat bayaran 300 pounds, mereka mulai bisa membiayai hidup. Dan Chandler terus berusaha agar Jimi Hendrix Experience bisa lebih diliput oleh pers.
Hendrix cs. mendapat kesempatan jumpa pers pertama pada tanggal 25 bulan itu juga. Bertempat di klab Bag O' Nails, London, mereka menampilkan repertoar yang biasa mereka bawakan. Termasuk tentu saja 'Hey Joe' dan 'Stonefree'. Kalangan pers menanggapi positif penampilan mereka.
Memasuki Desember, Hendrix menandatangani kontrak empat tahun dengan Yameta Company, suatu perusahaan manajemen artis. Akhirnya single pertama 'Hey Joe' dirilis oleh Polydor setelah sebelumnya ditolak oleh Decca. Mereka bertiga lalu tampil di acara TV untuk pertama kalinya di penghujung tahun 1966 itu.
Sayang pada malam Tahun Baru 1967, mereka tidak mendapat tawaran panggung. Untungnya, Redding mempunyai gagasan bagus. Ia mengajak Hendrix dan Mitchell bermain di kampung halamannya, Folkestone, sebuah kota kecil dekat London. Dan ia yang memiliki banyak kerabat di kota itu tanpa banyak kesulitan mendapatkan job.
Mereka berangkat naik kereta di dalam cuaca dingin. Tetapi hal itu tidak membekukan semangat mereka tampil di kafe Tofts. Apalagi orangtua Noel juga menyediakan tempat menginap bagi mereka plus sang manajer. Penampilan mereka di kafe Tofts itu paling tidak cukup untuk menghibur diri mereka sendiri.

Menjadi Besar
Memasuki Januari 1967 keadaan sudah mulai membaik. Walaupun sempat 'terpaksa' bermain di klab-klab kecil seperti Ram Jam dan Ricky Tick, mereka ma-sih sering mendapat kesempatan tampil di Scotch of St.Thomas dan 7 ½ Club. Bahkan kadang di klab yang terletak di White Horse Street, Mayfair, London itu, penampilannya ditonton oleh musisi terkenal seperti Paul McCartney, Pete Townsend dan Mick Jagger.
Bintang-bintang top itu ternyata menyukainya. Mereka sering bilang pada pers, bahwa mereka kagum pada penampilan Hendrix. Dan hal itu tentunya merupakan keuntungan publikasi yang besar bagi Hendrix dan dua sohibnya. Karena kala itu, penyataan dari para personel The Beatles, The Who dan Rolling Stones merupakan 'santapan wajib' yang harus diyakini oleh para pencinta musik di seluruh dunia.
Akhir bulan itu, Jimi Hendrix Experience tampil di Saville Theater, London sebagai grup pembuka The Who. Kesempatan ini diperoleh juga atas permintaan Townsend. Tentu saja hal ini tidak disia-siakan. Dan Hendrix pun membuktikan bahwa mereka memang patut untuk diperhitungkan.
Pete Townsend yang kala itu merupakan gitaris dengan aksi panggung yang hebat, malam itu mendapat 'saingan berat'. Tahu bahwa Townsend akan melakukan atraksi khasnya seperti memutar gitar di udara, Hendrix melakukan atraksi yang lebih hebat. Tetap dengan cirinya seperti memetik senar pakai gigi, menggesekkan senar ke punggung atau menendang-nendang gitar. Tapi kali ini dengan gaya lebih agresif.
Pada bulan Februari, single 'Hey Joe' mendaki di nomor enam pada chart Inggris. Hendrix pun semakin terkenal dengan gayanya yang liar.
Pers juga sering mengekspos hal tersebut. Sementara itu mereka bertiga masuk studio lagi untuk menyelesaikan penggarapan album penuh. Album itu dikerjakan di Olympic Studios, Barnes, London.
Sepanjang bulan Maret tahun itu, mereka mengadakan pertunjukan keliling Eropa. Dimula di Twenty Club di Mouscron, Belgia dan 20 Club, Lille, Perancis lalu dilanjutkan ke klab legendaris yang juga melahirkan Beatles, Star Club di Hamburg, Jerman.
Balik ke Inggris, Jimi Hendrix Experience tampil pada acara “Top Of The Pops”di BBC1-TV. Saat tour kelling Inggris itu, mereka sempat sepanggung dengan Cat Steven, Walker Brothers dan Engelbert Humperdinck. Gaya agresif Jimi sempat membuatnya celaka. Waktu ia membakar gitarnya, tangannya ikutan terbakar. Ia pun dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian lain yang tidak mengenakkan adalah ketika mereka habis bermain di New Century Hall, Manchester. Mereka menjadi korban salah sasaran dari oknum polisi setempat yang sedang razia anak di bawah umur. Ketika mau masuk ke dalam sebuah klab, mereka ditolak. Noel dan Mitch sempat ditarik polisi, mereka melawan dan mendapat beberapa pukulan. Jimi terhindar dari perlakuan tersebut karena memperlihatkan paspor Amerika. Untunglah keadaan bisa diatasi karena turun tangan sang manajer.
Tidak berapa lama Hendrix sembuh dari luka bakarnya pada bulan Mei, single 'Purple Haze' dilepas ke pasar. Sempat menduduki tangga ketiga pada chart, single tersebut segera disusul oleh album pertamanya, Are You Experienced? Album ini segera menyita perhatian pencinta musik dunia dan nangkring di posisi kedua pada chart selama 33 minggu.
Jimi Hendrix Experience mengadakan tour Eropa dimulai di Neue Welt, Berlin, Jerman. Walaupun sempat kaget terhadap respon penonton Jerman yang kalem, mereka terkesan dengan pengetahuan publik Jerman tentang mereka. Dan tour pun berlanjut ke Denmark, Belanda, Perancis dan negara-negara Skandinavia.

Minggu, 05 April 2009

KURT COBAIN




ayo ngebahas hidupnya si Kurt Cobain yuk ...
gua sengaja namain thread ini Heavier Than Hell, beda dari judul biografinya Heavier Than Heaven, karena banyak hal yang gak keinget dari buku ini [maklum bacanya udah lama banget pren], dan ngebahasnya dari berbagai sumber, plus emang hidupnya Cobain kalo gua liat emang beneran kayak neraka.
jadi ya gue ngebahasnya yang keinget aja ... ntar mungkin bisa ditambahin sama Aan soal sisi sejarah karir musiknya atau yang laen laen ... dan ntar kalo keinget lagi gua tambahin lagi ...

sekedar catatan ... buku Heavier Than Heaven teramat sangat direferensikan buat anak anak muda yang besar dan tumbuh dewasa di akhir dekade 80an hingga pertengahan dekade 90an dimana grunge dan kehidupan bohemian teramat sangat meracuni kehidupan di seluruh dunia. Dan salah satu tokohnya adalah Kurt Cobain yang pentolannya Nirvana itu, yang kemudian menjadi pahlawan masa remaja bagi kebanyakan anak anak muda di berbagai belahan dunia pada waktu itu, salah satunya ya gue sendiri.

Kurt Cobain lahir, hidup dan dibesarkan di pinggiran kota Seattle, dengan nama Kurt Donald Cobain.
Masa kecil hidupnya pada awalnya cukup menyenangkan, sesuai dengan hidup kebanyakan anak kecil pada masanya. Orang tuanya sendiri termasuk tipikal common people di Amerika, pekerja kelas menengah, dengan gaya hidup biasa, dandanan biasa ... seperti ayahnya yang selalu bergaya ala Buddy Holly. Pada intinya salah satu fase Kurt masa kecil adalah Kurt yang bahagia yang doyan musik pop dan hal hal populer lainnya. Namun dalam keluarga besar Kurt sendiri sudah membawa benih benih suicide. Beberapa kerabatnya, salah satunya yaitu paman si Kurt sendiri meninggal dengan cara menembak kepalanya memakai shoot gun. Dan kelak fenomena ini dikatakan oleh Kurt sebagai suicide gen.

Keluarga Kurt Cobain ini kemudian mengalami perceraian, sebuah fenomena besar yang cukup mengubah kejiwaan Kurt Cobain secara mendalam. Bahkan sebelumnya Kurt dan adik perempuannya sering menyaksikan ayah dan ibunya berantem. Hal hal tersebut berimbas kepada kejiwaan si Kurt kecil, dimana kemudian ia memendam traumatis mendalam terhadap ayahnya [kelak terdapat sebuah lagu Nirvana tentang ayah si Cobain yaitu Been a Soon], dan juga menderita apa yang sering dibilang orang psikologi Histeria Complex. Bagi seorang penderita trauma kejiwaan seperti ini, akan sangat wajar jika kemudian Kurt di masa depannya sering berbohong baik kepada publik maupun secara personal. Karena kebohongan ini adalah salah satu self defense mechanism dari dirinya. Salah satu lagu Nirvana yang benar benar mencerminkan trauma mental si Cobain yaitu Lithium [yg merupakan obat penenang penyakit manic depressivenya] dan juga Rape Me.

Disinilah si Kurt mulai mengalami manic depressive, lebih pendiam, tertutup [dimana dia lebih banyak terbuka untuk berbicara hanya kepada beberapa teman terdekatnya salah satunya si Kris Novoselic, bassistnya Nirvana sekaligus temen SMA dan juga kepada si Puff, kucing hitam piaraannya yang kemudian hilang]. Dan ketika menginjak remaja, Kurt mulai mengalami masa masa berantakan dalam hidupnya. Ia memang tinggal dengan ibunya, namun lebih sering lagi tinggal bersama teman temannya dalam sebuah rumah kontrakan kumuh di pinggiran kota Seattle. Ia sendiri adalah seorang yang putus sekolah. Ia menghabiskan hari dengan bercanda bersama teman temannya, mabuk dengan menggunakan berbagai hal hal yang ditemuinya [bayangkan sendiri ya], serta bekerja sebagai pembersih kolam renang dan kandang anjing. Kurt yang mulanya adalah seorang poppies, kemudian mulai mendengarkan musik metal sebagai bentuk sublimasi kemarahannya. Dan di kemudian hari karena berbagai hal, ia membenci musik metal dan kemudian terjebak untuk hidup bohemian di kultur punk. Berbagai pengaruh musik dalam hidupnya seperti hal2 sentimentil ala poppies, distorsi berat dan kemarahan ala metal, dan pemberontakan dan kebebasan ala kaum punk, yang di kemudian hari mengental dalam lagu lagu Nirvana, dan menjadi salah satu ciri khas yang memaksa kaum kritisi musik Inggris menyebutnya sebagai "grunge" [bahasa Jermannya berarti babi]. Dan di buku More Than Noise - Philosophy of Punk, menuliskan bahwa Nirvana adalah produk akhir dari kultur punk yang sebenar benarnya [dan gue ngakuin hal itu, karena secara kultural, semenjak itu gak ada lagi punk yang bener bener punk di Amerika]

Tetapi bakat seni yang mengalir dalam darahnya tidak pernah diam. Saat masih bersekolah dulu, Kurt selalu mendapat nilai yang baik untuk mata pelajaran seni. Bahkan ketika ia tinggal di sebuah rumah petak bersama pacarnya yang pertama yaitu Molly [ini juga akan jadi judul lagu yaitu Molly's Lips], ia selalu membuat artwork dan kolase yang ditempelkan di tembok tembok rumah. Gua inget dari buku biografinya, artwork si Kurt ini emang terbilang aneh, yaitu kolase gambar gambar alien, ufo, potongan mayat, dll. Dan tidak jarang Molly suka iseng terhadap artwork2 si Kurt yaitu dengan menambahkan pesan pesan pribadi dan sentimentil kedalam artwork si Kurt seperti "wake up cutie, do washing & take our clothes to laundry, and don't forget ... tonight we must make love" hahaha. Btw bakat seni inilah yang membuatnya tetap menulis lagu dan dimainkan bersama teman temannya. Kesempatan bermain pertama datang kemudian di salah satu bar kecil di pusat kota Seattle. Disini hanya 4 orang yang menonton si Kurt, mereka bingung si Kurt dkk mainin apaan [saking aneh dan tidak populer banget jenis musiknya], dan hanya bengong saja ketika Kurt melakukan aksi panggung yang di kemudian hari dikenal sebagai "stage diving" [melompat dari panggung dan buang diri kearah penonton], sehingga hasilnya bisa ketebak yaitu Kurt Cobain yang badannya ceking kayak gue mukanya jadi babak belur karena ngehantam lantai beton yang keras.

Namun mereka tetap berniat untuk terus ngeband. Waktu itu emang namanya belum jadi Nirvana, lupa gue apa namanya, soalnya aneh banget namanya ... dicari di kamus juga ga bakalan ada, karena kalo gak salah itu kata kata biasa yang suku2 katanya dibolak balik dan dituker tuker, pokoknya jadinya aneh banget. Namun seringnya mereka bermain, salah satunya di Olympia Stadium di pusat kota Seattle, cukup membesarkan mereka. Btw, disini mereka pernah hampir maen bareng Van Halen, maksudnya si Eddie Van Halen lagi mabuk ngajak si Kurt jam session, namun si Kurt udah illfeel sama Van Halen gara gara dulu dia pengen jam session tapi dicuekin, dan akhirnya si Van Halen yang kesohor dicuekin dan ditinggal mabok. Sekedar catatan juga, kalo pengen tau Olympia Stadium kayak apa, coba tonton klipnya Nirvana yang Smells Like Teen Spirit.

Mereka baru mulai mikirin nama band secara serius, ketika seorang produser dari Sub Pop Record menawarkan untuk membidani kelahiran album mereka. Dan si Cobainlah yang mengusulkan nama Nirvana, yang merupakan bentuk ketertarikannya terhadap pemahaman Buddha. Sekedar catatan juga bentuk lain ketertarikannya terhadap paham Buddha itu, yaitu ia menamakan teman imajinernya Boddhah. Tapi bukan Cobain namanya kalo gak doyan becandaan dengan nama dan istilah. Bahkan ketika album mereka selese direkam dan dimixing, baru Cobain dapet nama buat judul albumnya yaitu Bleach. Nama Bleach ini jangan dianggap serius artinya, karena cuman sebuah tulisan di signboard yang dibaca Cobain sewaktu mereka ngelakuin perjalanan ke Washington [kalo gak salah sih Washington] untuk ngurusin albumnya.

Eniwei, gua ga akan panjang lebar ngebahas karir musik Cobain dkk, tapi lebih ke hal hal personal aja dalam hidupnya Kurt Cobain.

Yang jelas semenjak Bleach nongol, perhatian dunia mulai beralih ke dirinya, dan si Cobain kemudian semakin dalam terjun dalam kehidupan punk. Pada fase ini, Cobain putus sama Molly. Kalo boleh disimpulkan, sebenarnya si Molly adalah tipe cewe yang selera Cobain dalam segala hal, kecuali bahwa Molly sebelumnya nggak pernah ngalamin kehidupan berantakan kayak Cobain. Dan perbedaan ini cukup signifikan bagi hubungan mereka, sampe akhirnya putus. Sebelum ngebahas lebih lanjut, sekedar catatan, saat Cobain masih sama Molly, mereka pernah nonton video striptease, dimana Cobain tertarik kepada si penari stripteasenya yang di kemudian hari dikenal sebagai istrinya Cobain yaitu Cortney Love. Ok lanjut lagi.

Pasca Cobain putus sama si Molly, ada sebuah ilusi dalam pikiran bawah sadar Cobain yang ngomong kalo ia harus dapet cewe yang lebih baik dari Molly dalam artian seseorang yang juga bohemian. Dan ilusi ini terwujud dalam sosok perempuan vokalisnya band punk rock cewek yaitu Bikini Kill. Gue lupa sapa namanya, tapi yang jelas disini gara gara si Cobain pacaran ma tuh cewek, ada beberapa lagu Nirvana yang ditulis. Yang terkenal yaitu Smells Like Teen Spirit, yang aslinya nyeritain bau keringet / bau tubuh [feromon] dan parfum pacarnya si Cobain yang mereknya Teen Spirit. Lagu lagu lain yang ditulis pada saat itu antara lain yaitu Moist, dan Vagina apa gitu [lupa gue].

Namun imbas Cobain jadi artis terkenal vs pemikiran pemberontakan ala punk, kemudian berakibat juga kepada hubungannya sama ceweknya. Seperti kita tahu bahwa Nirvana dalam album Nevermind sangat meledak dan mendunia, sementara pemikiran punk itu sangat anti kapitalis, dan kemudian ceweknya si Cobain itu punker beneran. Repot kan ... hahaha. Sekedar catatan kecil ... salah satu akibat ketenaran Cobain adalah saat Nirvana maen di Washington ada beberapa orang negro yang minta tanda tangannya Cobain. Dan bagi Cobain ini ajaib, dan bisa bikin dia ketawa lebar, karena negro yang beda jauh kulturnya sama kaum bohemian punk bisa doyan lagu lagu kerasnya Nirvana.

Pasca putus sama si vokalisnya Bikini Kill, Cobain ngelakuin pelampiasan ke [lupa sapa namanya] yang merupakan cewe tipikal common people di kota Seattle. Ada sebuah ilusi alam bawah sadar sebagai akibat retaknya hubungan Cobain sama ceweknya dan juga sama kultur punk. Ilusi itu ngomong kalo Kurt Cobain adalah orang biasa yang juga berhak dengan kehidupan biasa yang kemudian terwujud dalam sosok si cewek itu yang juga adalah penggemar Nirvana semenjak kemunculan pertama mereka di Olimpia Stadium. Tapi yang jelas Cobain gak bertahan lama sama si cewek ini, karena tau ndirilah ... common people mana nyambung secara personal sama bohemian grunge berantakan.

Pertemuan pertama Cobain dengan Courtney Love terjadi pada salah satu tur Nirvana. Disitu Hole [bandnya Courtney] tampil sebagai pembuka. Gue inget cara mereka kenalan unik banget, dimana Cobain yang badannya cungkring itu musti berantem [dalam arti sebenarnya] sama Courtney yang badannya lebih bongsor ketimbang Cobain saat Courtney ngebecandain Cobain di backstage. Dan disitu si Cobain berantem ala wrestling sama Courtney, cuman untuk bisa kenalan aja. Hahahaha ... lucu banget ... unik dan keren.

Eniwei ... masa masa Kurt Cobain ngejar si Courtney ini menjadi salah satu awal penyebab bentrok personal antara Cobain & Nirvana versus Billy Corgan dan Smashing Pumpkins. Hal ini karena Cobain yang beneran suka ama Courtney [dimulai semenjak Cobain pertama kali nonton video stripteasenya Courtney] musti jadi rivalnya Billy Corgan yang duluan kenal Courtney dan pengen ngejadiin Courtney sekedar grupisnya Smashing Pumpkins. Dan Courtney ini sebenarnya gak jauh beda sama si Molly, kecuali dalam hal bahwa Courtney Love pernah ngalamin kehidupan berantakan yang kurang lebih sama kayak hidupnya Cobain. Dan persamaan inilah yang bikin Cobain ngerasa bener bener diterima seutuhnya sebagai manusia. Semenjak saat itu mereka emang pacaran, dan kadang cara cara mereka berkomunikasi itu sangat aneh. Pernah gak kalian pacaran trus ngungkapin perasaan pake tuker tukeran potongan rambut sama surat cinta sama pasangan kalian ? Gak yakin deh ... paling banter kalian tuker tukeran posisi ML ... Hahaha ... Btw keanehan ini dialamin Cobain sama Courtney. Potongan rambut blondenya Cobain sama potongan rambut blondenya Courtney dituker tuker gitu saat mereka cuman bisa komunikasi jarak jauh karena kesibukan band mereka. Bahkan keanehan keanehan hubungan mereka ini berlanjut juga saat mereka menikah. Cobain pernah ngomong saat diinterview sama majalah [Rolling Stone kalo gak salah] ... dan dia ngomong "Courtney is the greatest bitch that i wanna fuck everyday". Ini adalah salah satu cara Cobain untuk ngomong kalo dia mau resmi nikahin si Courtney.

Dan memang Courtney ini menyita perhatian si Cobain. Saat mereka udah nikah, di salah satu tur Nirvana, di kamar hotel pasca manggung. Disitu Cobain ngusir temennya yang pengen ngajakin mabuk pake heroin [dan kemudian menyebut Courtney sebagai monster dengan busana g-string], bahkan juga cleaning service hotel yang pengen beresin kamar. Di depan pintu kamar hotel mereka dikasih tulisan Cobain yaitu Go Out, We're Fuck !!!

Album In Utero merupakan sebuah perjalanan panjang dan penuh menyimpan transisi hidup si Cobain. Dari bayi kecil yang penuh kemarahan dan berenang dalam dunia industri penuh gelimang uang [lihat sampul albumnya Nevermind] hingga kepada sebuah bentuk kedewasaan dan pengakuan diri Cobain yang tidak mampu melawan dunia, serta berharap untuk tidak pernah dilahirkan [lihat sampul albumnya In Utero]. Banyak lirik lirik keren dalam lagu lagu di album In Utero, kayak Lithium yang ngomong soal manic depressive si Cobain, Rape Me soal traumaticnya si Cobain, dan salah satu yang paling jenius adalah Heartshaped Box. Heartshaped Box adalah cara paling aneh dan paling cerdas dari Cobain buat ngomong sayang sama si Courtney. Kalo gak percaya baca aja liriknya. Bahkan dalam album ini, pada penggarapan video klip [Lithium kalo gak salah inget] ada salah satu tata cara artistik baru dalam pengambilan gambar yang diperkenalkan oleh Cobain. Yaitu si Cobain membenturkan diri ke kamera, atau Cobain lewat tali dan alat alat tertentu menarik kamera agar membentur dirinya. Sinting kan ... tapi asli keren ... gua pernah nyoba cara ini ... hehehe.

Album ini meledak dan oleh kritikus musik disebut merupakan salah satu album paling jenius dalam sejarah musik. Sekaligus juga penanda mulai dekadensi Nirvana dalam sejarah musik mereka. Disini kecanduan heroin Cobain semakin parah, bahkan masuk level tak tersembuhkan. Tercatat disini ia mulai keluar masuk panti rehabilitasi, namun tetap gak sembuh sembuh. Ada satu hal yang lucu yang terjadi saat ia di panti rehab. Nirvana yang biasa jadi perusuh konsernya GNR bahkan sering ngerusakin alatnya GNR dan berantem sama Axl dan Duff, saat mereka sama sama masuk di panti rehab, malahan becandaan bareng. Goblok ... hahaha. Btw traumatic mentalnya Cobain juga semakin meningkat karena ingatan ingatan personal masa lalu yang selalu muncul saat Cobain make narkoba. Drugs don't works anymore ... and Drugs isn't heaven anymore ... Bahkan Cobain seringkali sensitif sama hal hal kecil dalam kehidupan sehari hari. Contohnya saat tidak sengaja ia melihat seekor kucing hitam melintas di jalan, ia teringat sama Puff, kucing piaraan sekaligus teman bicara di masa kecilnya yang hilang. Dan kalo udah gini, ia bisa merenung berjam jam dan inget masa masa lalu yang laen laennya. Pada fase ini, Kris Novoselic dan Dave Grohl sudah mencium tanda bahwa Nirvana akan bubar. Dan memang semenjak ini Nirvana mengalami kemunduran dan puncaknya adalah saat Cobain meninggal.

Sebab utama Cobain meninggal sendiri buat gue gak seperti yang pernah ditulis majalah Hai yang ngomong Cobain bunuh diri karena mentalnya gak bisa nerima kenyataan keterkenalannya dia. Tapi buat gue Cobain meninggal karena traumatic mentalnya yang semakin parah dan diperparah oleh kecanduan heroinnya yang udah tak tersembuhkan. Cobain sendiri sering ngomong ke Courtney kalo dia udah gak kuat sama penderitaannya. Dan emang bener, berapa hari menjelang Cobain bunuh diri, Cobain menghilang, baik dari keluarganya [si Courtney dan Frances Bean, anaknya], dari Nirvana, dan dari pers. Bahkan yang nyariin gak cuman keluarga, malahan orang yang pernah berseteru sama Cobain yaitu Duff McKagan [bassistnya GNR] ikut bantu nyariin Cobain juga. Hingga kemudian mereka menemukan Cobain udah jadi mayat di rumahnya. Tata cara bunuh diri Cobain sendiri masih misterius, namun investigasi aparat setempat menyebutkan bahwa sebelum Cobain menembak kepalanya dengan senapan shoot gun, ia memakai heroin, menuliskan surat surat personal salah satunya untuk teman imajiner Cobain yaitu Bhoddah, memutar piringan hitam lagu REM yaitu Man on The Moon, dan kemudian ... bang !!! ... you're dead.

Sebagian percaya aksi bunuh diri itu adalah perwujudan janji Cobain saat masih berusia 14 tahun. Ketika itu di hadapan teman sekolahnya, John Pupil, Cobain menyatakan suatu ketika dia akan menjadi musisi besar, lalu bunuh diri, dan kemudian bergelimang ketenaran.

Saat ditemukan, jasad Cobain udah membusuk, salah satu sisi tengkoraknya hancur lebur oleh peluru kaliber 9 mm, dan wajah gantengnya hampir tidak bisa dikenali lagi. Namun yang jelas kematiannya tidak hanya bikin Courtney Love meraung raung diatas jasadnya, namun juga semua orang orang terdekat Cobain juga kehilangan. Dari kedua orang tua Cobain, adik perempuannya, kemudian Kris Novoselic, Dave Grohl dan kawan kawan, serta mantan pacar Cobain yaitu Molly yang datang dan berduka di upacara pemakaman Kurt Cobain. Bahkan disini Kris Novoselic sempat mengatakan sebuah pidato singkat pelepasan yang intinya mengenang Cobain. Kata kata Kris Novoselic yang terkenal ini yaitu [kalo gak salah inget lho] "If You Have a Heart and You can play guitar, Then I'ts gonna be a great song". Kemudian kata kata inilah yang jadi quote memorial terhadap karir musik Kurt Cobain. Bahkan pasca meninggalnya Cobain ini, banyak remaja di berbagai belahan dunia yang selain berduka, juga ikutan bunuh diri karena mereka merasa kehilangan pahlawan mereka. Tercatat paling banyak di Australia, dimana hampir sekitar 1000 remaja bunuh diri dalam kurun waktu sebulan semenjak Cobain meninggal.

Ngeliat hidupnya Cobain, entah lewat berbagai buku, artikel ataupun video video dan footages2, buat gue gak cuman ngeliat pahlawan idola masa remaja gue. Tapi juga ngeliat sisi sisi lain dalam hidupnya Cobain. Sisi sisi gelap dan terang Cobain sebagai manusia yang tumbuh dan besar dalam cermin rusak peradaban dunia. Sisi sisi gelap dan terang hidup Kurt Cobain yang bikin gue mikir dan merenung, bahwa ini juga cerminan diri gue sendiri pada masa lalu [minimal dalam beberapa sisi personal hidupnya Cobain]. Dan seandainya gue seleb terkenal kayak Cobain, mungkin sebelum tanggal 5 oktober kemaren, udah bunuh diri deh gue ... dan masuk kedalam lingkaran bodoh bernama suicidal group of 27 y o celebrities ... barengan Cobain, Hendrix, Morrison dan Joplin ... hahaha ...

eniwei ... kalo emang pengen tau lebih lanjut soal Cobain bisa baca buku biografinya yaitu Heavier Than Heaven, atau nonton dvd boxsetnya With The Lights Out atau filmnya yaitu The Last Days, dll. Disitu selaen ngerti soal hidupnya Cobain, juga tentang sejarah karir bermusik Nirvana dan juga sejarah besar dalam dunia musik yang bernama Grunge & Seattle Sound.